News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pustakawan Harus Menjadi Konsultan Ilmu Pengetahuan dan Penggiat Literasi Ratulisa (Rajin Menulis & Membaca) untuk Multigenerasi NKRI Sepanjang Masa

Pustakawan Harus Menjadi Konsultan Ilmu Pengetahuan dan Penggiat Literasi Ratulisa (Rajin Menulis & Membaca) untuk Multigenerasi NKRI Sepanjang Masa

 Pustakawan Harus Menjadi Konsultan Ilmu Pengetahuan dan Penggiat Literasi Ratulisa (Rajin Menulis & Membaca) untuk Multigenerasi NKRI Sepanjang Masa 


Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa


"Kawan, mimpi dan imajinasi lebih kuat dari pengetahuan kita maka bermimpilah dalam bingkai kesemestaan yang berselimut rindu dan literasi dengan Ratulisa"

Selamat berbahagia dan sukses untuk keluarga besar pustakawan Indonesia yang merayakan hari Pustakawan Indonesia dan hari lahirnya Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI). Lima puluh tahun yang lalu, tepatnya 7 Juli 1973 s.d. hari ini, 7 Juli 2023 merupakan hari bersejarah bagi seluruh pustakawan Indonesia, karena tanggal 7 Juli 1973 merupakan hari lahirnya Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) di Bogor Jawa Barat dan tepat tanggal 7 Juli 1990 ditetapkan sebagai hari pustakawan Indonesia oleh kepala Perpustakaan Nasional Republik Indoneisa. Oleh akrena itu, seluruh pustakawan di Indonesia, baik yang berada di perpustakaan nasional, perpustakaan daerah, perpustakaan desa, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan sekolah, perpustakaan alam semesta merayakannya sebagai hari bersejarah untuk pustakawan Indonesia. 

Keberadaan profesi pustakawan di Indonesia memang belum begitu terkenal seperti profesi guru, dosen, dokter, akuntan, jaksa, hakim, wartawan, dan profesi-profesi lainnya dalam dunia kerja di Indonesia. Oleh karena itu, inilah tantangan dan peluang para pustakawan Indonesia dan IPI untuk bergerak dan menggerakkan sayap-sayap kesemestaan kompetensi para pustakawan. Dengan demikian pustakawan abad xxi harus bergerak, berubah, adaptif, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif sebagai konsultan ilmu pengetahuan dan penggiat literasi arfuzh ratulisa.  Hasilnya sekarang mulai tampak bahwa profesi pustakawan menjadi rebutan untuk multigenerasi NKRI. Seiring perkembangan zaman, ilmu perpustakaan pun mulai berkembang dengan dibukanya program studi ilmu perpustakaan untuk jenjang diploma, sarjana, magister, dan doktor. 

Hal ini sebagai bukti bahwa perpustakaan sudah mulai menunjukkan kiprahnya untuk mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan peran sertanya dalam upaya menumbuhkembangan gerakan literasi nasional yang dicanangkan oleh pemerintah Republik Indonesia dan gerakan literasi ratulisa (rajin menulis dan membaca) yang dicanangkan 6 Juli 2015 dan digaungkan ke seluruh wilayah NKRI sejak tanggal 25 Juli 2016 oleh pendiri dan penggiat literasi arfuzh ratulisa, yakni Muhammad Rohmadi Ratulisa yang saat ini juga sebagai dosen Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS dan juga sebagai Ketua Umum Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI). Oleh karena itu,  keberadaan pustakawan di Indonesia sekarang ini sudah menjadi profesi yang mulia dunia akhirat seperti profesi-profesi lainnya.

Pustakawan sesuai UU No. 47 tahun 2007 tentang perpustakaan ditegaskan bahwa pustakawan adalah sesorang yang memiliki kompetensi kepustakawanaan yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengelola dan melakukan   pelayanan perpustakaan. Merujuk pada profesi pustakawan tersebut ada dua hal kompetensi yang harus dimiliki seorang pustakawan yakni mengelola dan melayani. Oleh karena itu, kompetensi manajerial dan layanan kepustakawanan harus dilatih dan dipraktikan melalu kegiatan magang di perpustakaan sejak perkuliahan atau saat pelatihan yang diikuti oleh para calon pustakawan di Indoensia. Kompetensi hardskill dan softskill pustakawan harus terus dilatih dan dibiasakan secara terus-menerus dalam berbagai konteks pengembangan  dan peningkatan kompetensi pustakawan secara berkelanjutan. 

Pustakawan harus terus meningkatkan kompetensi diri dengan belajar dan membelajarkan diri sepanjang hayat sebagai konsultan ilmu pengetahuan. Artinya tupoksi melalukan layanan bagi para pemustaka bukan sekadar merencanakan membeli, menata, merapikan, menyiapkan buku-buku kemudian meminjamkan kepada para pemustaka. Pustakawan harus memiliki pembeda sebagai seorang profesional yang kompeten, unggul, dan memberikan layanan prima dalam bidang perpustakaan. Pembeda pustakawan ini akan menjadi salah satu unggulan sebagai pustakawan yang adaptif, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif. Keunggulan pustakawan tersebut bukan sekadar selebrasi atau label saja tetapi harus dibuktikan dengan kinerja dan layanan prima kepada para pemustaka. Pustakawan sebagai konsultan ilmu pengetahuan juga harus dibuktikan dengan karya-karya nyata sebagi produk literasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) dalam berbagai konteks peewujudanya, seperti artikel, jurnal, resensi, cerita-cerita terbaik literasi, baik di desa, kecamatan, provinsi, pusat, kampus, sekolah, dan juga perpustakaan-perpustakaan khusus serta perpustakaan alam. Oleh karena itu, para pustakawan Indonesia harus menjadi teladan dalam berliterasi dengan Ratulisa bagi multigenerasi NKRI di seluruh wilayah NKRI.

Pustakawan harus menjadi  penggiat iterasi dalam berbagai sektor kehidupan bukan sekadar kata-kata tetapi harus dibuktikan dengan kerja nyata yang berdampak untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan beeliterasi multigenerasi NKRI. Pustakawan harus bergerak untuk menjadi teladan dan contoh sebagai penggiat literasi dengan ratulisa di mana pun berada. Hal ini sebagai bukti bahwa pustakawan benar-benar menjadi motivator penggerak literasi ratulisa bagi multigenerasi NKRI yang dimulai dari keluarga, perpustakaan tempatnya bekerja, masyarakat, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Silahkan dikunjungi library.uns.ac.id, arfuzhratulisa.id, perpusnas.go.id, dan perpustakaan digital lainnya sebagai bagian wujud nyata sumber-sumber literasi nasional dan internasional era digital abad xxi.

 Semangat untuk meningkatkan kompetensi diri melalui studi lanjut, sarjana, magister, dan bahkan doktor bidang perpustakan harus dapat berdampak positif untuk kemajuan dan kejayaan perpustakaan di Indonesia. Semoga  jumlah pustakawan yang sangat banyak di Indonesia, kalau tidak salah baca dari salah satu sumber pustakawan di Indonesia nomor dua setelah India dilihat dari jumlahnya. Menurut penulis itu sebagai modal dasar untuk evaluasi berkelanjutan dalam rangka penguatan, peningkatan, pengembangan, dan pemberdayaan sdm pustakawan di Indonesia sebagai salah satu unsur pendukung penguatan dan peningkatan sdm Indonesia untuk menyongsong Indonesia emas tahun 2045 pada masa mendatang.

Keberadaan pustakawan dan perpustakaan sebagai pusat sumber literasi dengan ratulisa merupakan keniscayaan yang tidak tertolak lagi. Sekaranglah saatnya para pustakawan Indonesia untuk berbenah menjadi konsultan ilmu pengetahuan, sumber literasi, dan penggiat literasi ratulisa bersama wadah  IPI, dan forum kepala perpustakaan  negeri (FKP2TN) dan FPPTI  di seluruh Indonesia untuk bergerak dan menggerakkan kemajuan, keunggulan, dan pembeda pustakawan zaman kolonial dan abad xxi yang unggul dan prima. Semua ini penulis ungkapkan berdasarkan pengalaman mengelola dan menahkodai perpustakaan UNS tahun 2015-2019, pendiri, dan penggiat literasi Arfuzh Ratulisa yang terus menyebarkan virus-virus positif untuk berliterasi dengan ratulisa bersama Lembaga Literasi Arfuzh Ratulisa Indonesia.  Penulis banyak belajar dan membelajarkan diri terus kepada para sesepuh kepala Perpustakaan UNS sebelumnya, yang telah meletakkan pondasi dasar kuat untuk perpustakaan UNS sehingga menjadi maju dan berkembang yakni Bapak Heribertus Tarjana,  Hermawan, Widodo, dan saat ini nahkoda Perpustakaan UNS dilanjutkan oleh Bapak Burhanudin Harahap. Selain itu, penulis juga banyak belajar secara teknis kepada keluarga besar pustakawan UNS yang hebat luar biasa dibawah koordinator Mas Daryono dan supertimnya. 

Pustakawan harus terus belajar dan membelajarkan diri sepanjang hayat sebagai pustakawan yang unggul, prima, adaptif, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif tentu pustakawan tidak lagi dipandang sebelah mata multigenerasi muda NKRI dan seluruh masyarakat Indonesia. Penulis menanamkan branding kepada para pustakawan UNS dengan tagline: unggul dan prima yang tersemat pada logo perpustakaan UNS yang menyinari dunia. Kemudian penulis membangun sistem keyakinan para pustakwan UNS dengan yel-yel: Perpustakaan: Pasti, UNS: Bisa, Perpustakaan UNS: Pasti Bisa Menyinari Dunia kemudian diikuti tepuk tangan meriah dengan senyum 228. Semoga virus-virus positif tersebut terus mengalir menjadi energi positif untuk menjadi pustakawan yang unggul dan terus melayani dengan prima kepada seluruh pemustaka. 

Akhirnya, selamat dan sukses untuk keluarga besar pustakawan perpustakaan UNS yang hebat luar biasa dan selalu tersimpan di hati penulis segala kenangan dan kerinduan sepanjang masa, pustakawan Indonesia, dan keluarga besar Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) di seluruh wilayah NKRI. Semoga terus berkarya dan berinovasi  tiada henti untuk multigenerasi NKRI sehingga akan terus ikut serta menyinari dunia, seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi sepanjang hari, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia.

"Berikanlah layanan prima dengan senyum 228 (dua sentimeter ke kiri, dua sentimeter ke kanan, dan delapan detik mengembang) untuk dapat menyalurkan energi positif dan virus-virus positif untuk berliterasi dengan Ratulisa sepanjang masa di beranda istana arfuzh ratulisa tercinta"

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.