Membudayakan Literasi Ratulisa & Digital untuk Multigenerasi NKRI
Membudayakan Literasi Ratulisa & Digital untuk Multigenerasi NKRI
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum (Dosen PBSI FKIP UNS & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa) Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa
“Kawan, membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat. Dengan membaca kita akan menyibak jendela dunia dan dengan menulis kita akan diketahui semesta”
Kawan, berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) harus dibiasakan sejak dini. Hal ini sebagai budaya untuk belajar memahami pengetahuan yang bersumber dari sumber literasi untuk multigenerasi NKRI. Upaya literasi ratulisa ini dapat dimulai dan dilakukan oleh guru yang pertama yang disebut ibu. Ibu akan membuka ruang untuk berliterasi sejak anak lahir dalam pangkuan ibu, bahkan saat hamil melalui komunikasi interaktif keduanya. Ibu akan selalu mengajaknya berliterasi, baik melalui cerita, lagu, berdendang, dan rengeng-rengeng setiap menjelang anaknya mau tidur atau ditidurkan. Oleh karena itu, peran sosok ibu sangat luar biasa untuk dapat menanamkan dan membudayakan literasi ratulisa untuk putra-putrinya dan seluruh multigenerasi NKRI. Semangat dan kebatinan sosok ibu tidak tergantikan oleh siapapun untuk membudayakan dan membiasakan literasi ratulisa sepanjang masa.
Mengapa harus berliterasi dengan ratulisa. Rajin menulis dan membaca menjadi salah satu perwujudan nyata untuk dapat membentuk karakter multigenerasi NKRI untuk dapat memiliki karakter yang kuat dan toleransi kebhinekaan. Ibu akan selalu mengajarkan kebaikan, kesabaran, kebersamaan, kegotongroyongan, pembelajaran, motivasi, karakter, religi, ketahanan mental, kasih sayang, cinta, kerinduan, dan semua hal kebaikan yang dimilikinya akan terus diberikan sepenuh hati untuk anak-anaknya. Dengan demikian sosok ibu akan menjadi guru literasi ratulisa sejati sepanjang masa. Ibu sering dipanggil dengan mimi, mama, simbok, make, buke, dan aneka panggilan lainnya yang beragama sesuai dengan letak geografis tinggalnya. Keberadaan mimi di mana pun akan selalu kami rindukan sepanjang masa karena mimi selalu mengajari dan menemani kami untuk terus berliterasi dengan ratulisa di istana arfuzh tercinta sepanjang masa.
Belajar dan membelajarakan diri memang harus dipaksa, agar menjadi bisa, dan akahirnya menjadi pembiasaan dan hasilnya pun akan luar biasa. Multigenerasi NKRI harus terus diberikan pengetahuan dan pendalaman pentingnya berliterasi dengan ratulisa. Berliterasi dengan ratulisa akan selalu membuat diri semakin memahami dan mengerti mengenai kesemestaan. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh multigenerasi NKRI melalui proses literasi ratulisa dan digital yang dapat menjadi bintang di saat kegelapan, dan menjadi mentari saat pagi tiba, dan menjadi rembulan saat malam menjelang. Keberadaan bintang, bulan, dan matahari akan selalu menjadi kerinduan yang tidak tergantikan untuk memahami dan mengenal kesemestaan yang tiada lekang oleh waktu.
Berliterasi dengan ratulisa di era digital harus terus dilakukan dan beradaptasi dengan situasi dan kondisi terkini. Hal ini sebagai perwujudan kesepakatan forum ekonomi dunia tahun 2015 bahwa generasi abad xxi harus menguasai formula 4C, yakni critical thinking, creative thinking, collaborative, communication dan enam literasi dasar, antara lain, literasi: (1) menulis dan membaca yang sering saya gaungkan dengan ayo berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca), (2) numerik, (3) digital, (4) keuangan, (5) sains, (6) budaya dan kewarganegaraan. Oleh karena itu, penguasaan literasi dengan ratulisa dan digital harus terus dilatih dan dibiasakan untuk multigenerasi NKRI. Sikap menumbuhkembangkan budaya literasi bukan sekadar menjadi tugas kedua orang tua, tugas guru, dosen, atau pemerintah saja, tetapi upaya untuk membudayakan literasi dengan ratulisa dan digital menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama seluruh masyarkat NKRI.
Bersemangat untuk mengendalikan multigenerasi NKRI yang sudah kecanduan game era digital ini kurang bijak ketika diambil langkah bahwa anak tidak boleh memegang HP atau teknologi lainnya. Orang tua dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan harus bijak dengan setrategi dan pembiasaan literasi digital yang produktif dan inovatif bagi multigenerasi NKRI. Bukan teknologinya yang disalahkan tetapi bagaimana kita dapat menguasai dan membudayakan literasi digital yang sehat untuk multigenerasi NKRI. Banyak contoh dan kasus efek negatif dari teknologi yang sudah makan korban. Namun demikian, banyak contoh dan cerita multigenrasi NKRI yang sukses jadi youtuber, content writer, dll. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanaman dan pembudayaan literasi digital yang berimbang. Teknologi akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, jadi manusialah yang harus terus beradaptasi, belajar, membelajarkan diri, dan menguasai literasi digital dalam berbagai konteks kehidupan.
Marilah semua orang tua, komunitas guru, dosen, pustakawan, penerbit, wartawan, pegiat literasi, dan seluruh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia bergerak bersama untuk menanamkan dan membudayakan lietarsi dengan ratulisa dan digital untuk multigenerasi NKRI. Kerinduan yang tidak dapat diwujudkan dengan kata-kata saat ratulisa sudah menjadi virus-virus positif bagi multigenerasi NKRI. Sepanjang tahun 2022 telah dilakukan berbagai gerakan lietrasi ratulisa oleh berbagai instansi, komunitas, pegiat literasi, semoga mulai berdampak dan menjadi pondasi dasar dan penguatan upaya serta setrategi menumbuhkembangkan dan membudayakan lietrasi ratulisa untuk multigenerasi NKRI sepanjang masa. Untuk menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi dengan ratulisa saya sebarkan dan gaungkan lirik lagi ratulisa sebagai berikut: //Di sini nulis di sana nulis di mana-mana ki menulis//Di sini baca di sana baca dimana-mana kita membaca//Tra la la la la la la la la la la la// Tra la la la la la la la la la la la// Semoga multigenerasi NKRI akan terus bergerak dan menyebarkan virus ratulisa ke seluruh pelosok negeri demi kemajuan dan kejayaan bangsa Indonesia tercinta. Selain itu , penguasan teknologi untuk literasi digital juga semakin terampil sehingga dapat mendukung kompetensi hardskill dan softskill bagi multigenerasi NKRI.
“Kawan, jadilah seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia.”
Vila Hilton Mekah, 30 Desember 2022