News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Membangun Silaturahmi & Kerja Sama Berbasis Komunikasi Pragmatik

Membangun Silaturahmi & Kerja Sama Berbasis Komunikasi Pragmatik

 Membangun Silaturahmi & Kerja Sama Berbasis Komunikasi Pragmatik



Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa


"Kawan,  bercanda dan tertawa di beranda sambil menikmaati teh lemon tentu terasa sangat indah memesona kala waktu senja tiba"

Silaturahmi menjadi strategi membangun kebhinekaan dan gotong royong bagi sleuruh masyarakat Indonesia. Perlu diketahui bahwa silaturahmi menjadi pintu masuk untuk menjalin kerja sama, baik formal maupun nonformal, baik secara individu, kelompok, lembaga, dan sosial. Oleh karena itu, setiap insan manusia harus menjalankan 5B, yakni: bersilaturahmi, berkomunikasi, berkolaborasi, beraksi, dan berliterasi dengan ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk multigenerasi NKRI. Dengan demikian silaturahmi menjadi kata kunci untuk menjalin komunikasi, kerja sama, kolaborasi, dan aksi nyata untuk dapat mendukung hal tersebut harus didukung upaya untuk terus menggerakan multigenerasi NKRI untuk berliterasi bersama arfuzh ratulisa dalam segala konteks kehidupan. Silaturahmi akan terjaga dengan media komunikasi pragmatik yang santun, menyenangkan, dan saling menghargai serta menghormati antara penutur, lawan tutur, dan partisipan di mana pun berada.

Dalam komunikasi pragmatik perlu dipahamai oleh seluruh umat manusia bahwa pragmatik merupakan interdisipliner linguistik yang memelajari maksud dibalik ujaran penutur kepada lawan tutur  dan partisipan yang terikat konteks. Artinya seorang penutur yang  menyampaikan maksud dan tujuan tuturan kepada lawan tutur dapat disampaiakn secara tersirat dan tersurat. Semua teknik komunikasi yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur dapat dilihat dari triadik, yakni bentuk, fungsi, dan konteks. Hal ini sebagai bentuk implementasi linguistik fungsional sedangkan dalam implementasi linguistik struktural dapat dipahami dengan diadik, yakni bentuk dan fungsinya dalam komunikasi anatara penutur, lawan tutur, dan partisipan sesuai dengan konteks tuturanya.

 Hal ini dapat dilihat pada contoh kalimat berikut: Ratulisa: “Bulan, apakah kamu sudah membaca salah satu artikel mengenai pragmatik untuk kuliah siang hari ini? Bulan: “Waduh, belum ki Ratulisa. Bagimana ya, kalau nanti ditanya oleh Pak Rohmadi. Harus jawab apa ya” Ratulisa: “Iya, aku juga belum, pada hal hari ini kuliah kita akan membahas dan mengkritisi aneka tulisan megenai pragmatik dalam media cetak dan digital” Bulan: “Ya sudah, sekarang kita sekarang memanfaatkan waktu ke perpustakaan di lantai dua sayap timur banyak referensi sebagai sumber literasi pragmatik” Ratulisa: “Yuk, kita bergegas kalau begitu. Aku bonceng kamu saja ya?” Bulan: siap bosqu..Ratulisa: “Ah kamu, ikut-ikutan Bapak pragmatik kita. Siap bosqu…” Berdasarkan percakapan antara Ratulisa dan Bulan tersebut dapat diuraikan maksud tersirat Ratulisa dan Bulan yakni berliterasi mengenai tulisan-tulisan pragmatik sebelum perkuliahan dimulai nantinya sehinga memiliki bekal informasi mengenai pragmatik sebelum perkuliahan pragmatik. Dengan demikian, Bulan sebagai lawan tutur memahami implikatur yang disampaikan Ratulisa terkait dengan persipan matakuliah pragmatik yang akan diikuti oleh mereka berdua siang hari ini.

Berkomunikasi berarti menyampaikan pesan atau tujuan penutur kepada lawan tutur dan partisipan. Oleh karena itu, perlu dipahami teknik berkomunikasi yang baik, benar, dan santun dengan tetap saling menghargai dan menghormati penutur dan lawan tutur. Pesan yang baik harus disampaikan dengan pilihan diksi yang baik dan teknik penyampaian pesan yang baik pula. Teknik penyampaian pesan yang baik tentu harus memerhatikan siapa penutur, lawan tutur, media tuturan, konteks tuturan, dan sarana prasarana yang mendukung dalam percakapan tersebut. Dalam berkomunikasi perlu diperhatikan partisipan juga untuk mengantisipasi ketidakpahaman partisipan dalam percakapan antara penutur dan lawan tutur dengan segala situasi dan kondisi yang terikat konteks tuturan. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai percakapan langsung dan tidak langsung, baik oleh penutur, lawan tutu, baik dalam media cetak maupun digital. Berbagai contoh konkret dapat dilihat, dibaca, disimak, dna dipahami dalam berbagai contoh komunikasi melalui whatsap, instagram, twiter, youtube, dan media-media digital lainnya yang membuka ruang dan waktu setiap penutur dan lawan tutur menyampaikan pesannya kepada publik. Teknik komunikasi yang benar, baik, snatun, saling menghargai, menghormati, dan memahami merupakan wujud implementasi komunikasi pragmatik dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga muka bersama, antara penutur, lawan tutur, dan partisipan dalam segala konteks kehidupan.  

  Komunikasi yang baik dengan hati pasti akan sampai pesannya kepadal lawan tutur dengan hati juga. Aneka model komunikasi lisan dan tulis sudah dimiliki oleh setiap insan manusia tetapi kadang kala implementasinya belum seperti konsep yang dipahami dan dimilikinya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor psikologis, yakni nafsu, amarah, kelelahan, kegeisaha, kebencian, dan perbedaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan komunikasi yang baik dan bersahaja antara penutur dan lawan tutur di Indonesia, baik secara langsung maupun melalui media sosial harus dipahami bersama bahawa kita semua adalah manusia biasa tempat salah dan khilaf dan tidak ada yang sempurna. Dengan demikian perlu dipahami betul saat kita akan menyampaiakan pesan kepada lawan tutur atau publik harus benar-benar dipikirkan terlebih dahulu, pilihan kata, media penyampaian, siapa lawan tutur kita, bagaimana konteks tuturan, tujuan tuturan, dan siapa saja partisipan yang akan mendengar dan membacanya. Berbagai ketelitian dan kebijaksanaan dalam berkomunikasi yang benar, baik, santun, dan saling menjaga, meghormati, dan menghargai merupakan implementasi prinsip keantunan, prinsip kerja sama, perinsip silaturahmi, dan prinsip berliterasi bersama arfuzh ratulisa di istana arfuzh tercinta sambal mengajak dna menggerakkan seluruh multigenerasi NKRI. 

Marilah kita semua menjadi contoh dan teladan dalam berkomunikasi yang benar, baik, santun, dan menyenangkan dengan senyum 228 (dua sentimer ke kiri, dua sentimenter ke kanan, dan delapan detik mengembang) yang tulus ikhlas dari relung hati yang terdalam. Insyallah pesan yang akan disampaikan pun juga akan diterima sepenuh hati oleh lawan tutur dan partisipan. Keberadaan manusia sebagai pembelajar sepanjang hayat dengan terus berliterasi bersama arfuzh ratulisa tentu akan membuka jejak-jejak ruang dan kenangan dalam proses pembelajaran Bersama orang tua, guru, dosen, dan masayarakat sejak TK, SD, SMP, SMA/SMK, perguruan tinggi, dan kampus kehidupan yang menguatkan hati dan pikiran kita menjadi lebih baik dan bijak dalam menyampaikan segala sesuatu di mana pun berada. Selamat memperbaharui, memperbaiki, dan terus menjalin silaturahmi dan kerja sama berbasis  komunikasi pragmatik yang benar, baik, santun, dan menyenangkan hati semua pihak, baik penutur, lawan tutur, dan partisipan sepanjang masa. Jadilah orang yang menyapa lebih dahulu setiap bertemu orang lain dengan senyum manis 228 dan selalu menyebarkan energi dan virus-virus positif kepada setiap orang ayng kita temui di mana pun berada.

“Kawan, kenangan tidak akan pernah lekang oleh waktu saat bersendau gurau memantik mimpi dan imajinasi untuk terus berliterasi bersama Ratulisa dalam segala konteks kesemestaan yang terukir indah di sawung yang memayungi dan menginspirasi sepanjang hari” 

Beranda Istana Arfuzh Ratulisa, 28 Maret 2023

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.