News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pendidikan Abad XXI untuk Membangun Moral dan Peradaban Bangsa

Pendidikan Abad XXI untuk Membangun Moral dan Peradaban Bangsa

 Pendidikan Abad XXI untuk Membangun Moral dan Peradaban Bangsa





Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa


"Kawan, seraya meneguk secangkir cappuccino dirasakan kenikmatan terindah dan memesona sesaat tetapi dampak yang ditimbulkan tentu belum diketahui rimbanya pada sikap dan perubahan multigenerasi semesta untuk dapat menyinari dunia sepanjang masa"

Pendidikan abad xxi harus menjadi pondasi dasar yang kuat untuk membangun moral dan peradaban bangsa secara berkelanjutan. Berdasarkan makna leksikal dalam tesaurus KBBI, pendidikan merupakan   "proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik". Proses pendidikan ini dapat dilakukan secara formal dan nonformal. Pendidikan secara formal  dilakukan oleh seorang guru di sekolah dan dosen di kampus yang kompeten dalam bidangnya. Sementara itu pendidikan secara nonformal dilaksanakan oleh pelatih, mentor, widyaiswara, pegiat literasi, komuniktas, orang tua, masyarakat, dan semua masyarakat yang bergerak dalam pendidikan dan pelatihan nonformal untuk melatih dan mendewasakan masayarakat secara berkelanjutan. Pada dasarnya pendidikan formal dan informal dapat dilakukan beriringan, berkolaborasi, dan bersinergi untuk menghasilkan multigenerasi NKRI yang bermoral, berkarakter, cerdas, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif.  Hal itu merujuk pada orientasi pendidikan bertujuan untuk membangun moral dan peradaban bangsa secara bertahap melalui proses pendidikan formal dan nonformal secara berkelanjutan untuk multigenerasi NKRI tercinta.

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2023 yang diperingakati setiap tahunnya bertepatan dengan hari lahirnya Bapak Pendidikan Indonesia, yakni Ki Hajar Dewantara. Hardiknas diperingati seluruh elemen pendidikan dan masyarakat  Indonesia setiap tahum dan   tahun ini bertema “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar” Pertanyaannya sudahkan pendidikan dan pendidik di Indonesia sudah merdeka saat ini? Atau pendidikan di Indonesia justru sudah benar-benar “merdeka” alias bebas tanpa arah dan tanpa batas. Sekaranglah saatnya kita duduk bersama untuk berdiskusi, merenung, dan menemukan solusi terbaik utnuk multigenerasi NKRI. Fakta dan data empirik yang dapat dilihat melalui berbagai tautan media cetak, media sosial, media elektronik abad xxi seperti: anak menyakiti bahkan “membunuh orang tuanya, anak “memerkosa” ibu kandungnya, bapak memerkosa anak kandung atau anak tirinya, tawuran pelajar, tawuran mahasiswa, tawuran sepak bola, tawuran anatar suku, ras, golongan, oknum guru mencabuli muridnya, oknum ustad mencabuli santrinya, bahkan pesantren yang menjadi tempat belajar “teladan” dunia akhirat pun sekarang sudah tidak dapat dijadikan rujukan yang nyaman dan aman untuk belajar. Kasus-kasus di atas memang tidak terjadi 100% pada tempat belajar dan pendidik di Indonesia. Semua itu dilakukan oleh salah satu oknum yang tersebar diberbagai wilayah NKRI. Satu oknum apabila dijumlahkan akhirnya menjadi banyak oknum yang dapat menyebarkan virus negatif pada multigenerasi NKRI dalam proses pelaksanaan pendidikan abad xxi.  Pertanyaannya, apakah pendidikan  abad xxi yang bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, mengubah sikap dan moral menjadi yang lebih baik, dan membangun peradaban bangsa sudah terwujud? Inilah hal menarik dan harus diperhatikan oleh seluruh pengambil kebjakan di Indonesia. Mengapa tidak duduk bersama melakukan pengkajian dan evaluasi pada semua wilayah 38 provinsi di wilayah NKRI? Kemauan untuk duduk bersama, bermusyawarah, mengidentifikasi permasalahan, menemukan dan mendiskusikan solusi terbaik, dan memilih pendidik kreatif dan kompeten yang tepat untuk dapat menyelesaikan masalah berdasarkan konteks peserta didik, orang tua, masyarakat, dan wilayah geografisnya itu menjadi salah satu titik temu aternatif untuk menyelesaikannya. Semoga Mas Menteri Pendidikan segera memfasilitasi untuk duduk bersama seluruh elemen praktisi dan ahli pendidikan untuk merumuskan Pendidikan abad xxi yang bertujuan untuk membangun moral dan peradaban bangsa Indonesia secara berkelanjutan.

Pendidikan di Indonesia sejak Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 sampai nanti 17 Agustus 2023 berarti sudah berusia 78 tahun. Waktu 78 tahun bukan usia yang pendek untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti suatu proses pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Perubahan kurikulum sejak tahun 1945 sampai 2023 juga sudah dilakukan bertahap dan terus-menerus tetapi hasilnya belum seperti yang diharapkan oleh seluruh elemen bangsa Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan pendiidkan abad xxi untuk membangun moral dna peradaban bangsa secara efektif dan berkelanjutan perlu dilakukan langkah-langkah berikut: (1) mengumpulkan para ahli dna praktisi pendidikan dasar TK, SD, SMP/MTsN/SMA/SMK dan perguruan tinggi untuk membuat naskah akademik terkait pendidikan Indonesia abad xxi  yang berorientasi untuk membangun moral dan peradaban bangsa, (2) membuat perencanaan jangka pendek, menengah, panjang pendidikan untuk membangun moral dan peradaban bangsa, (3) membuat sekolah dan kampus model yang mengimplementasikan pendidikan abad xxi untuk membangun moral dan peradaban bangsa di setiap provinsi satu sekolah & kampus masing-masing jenjang pendidikan, (4) mengevaluasi secara bertahap dan berkelanjutan terhadap model sekolah & kampus untuk membangun moral dan peradaban bangsa, (5) menindaklanjuti dengan berbagai program penguatan kompetensi hardskill dan softskill untuk masing-masing jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Dengan lima langkah tersebut maka akan ditemukan model dan protipe pendidikan abad xxi utnuk membangun moral dan peradaban bangsa di Indoensia yang berkelanjutan untuk multigenerasi NKRI.

Semua program kerja, kurikulum, sumber daya manusia, sarana prasarana, tatakelola, penjaminan mutu, dan evaluasi tindak lanjut pendidikan di Indonesia sudah dilaksanakan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. Semua hasilnya sudah tampak untuk multigenerasi NKRI meskipun belum seperti yang diharapkan secara keseluruhan pada 38 provinsi di NKRI. Saatnya sekarang untuk melalukan kajian dan evaluasi “Ada apa dengan pendidikan di Indonesia saat ini?”. Mengapa semua program sudah direncanakan dan dilaksanakan tetapi hasilnya belum tampak seperti yang diharapkan. Inilah pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh Mas Menteri dan seluruh elemen Pendidikan negeri ini pada peringatan hari pendidikan nasional yang ke-78 tahun ini sejak Indonesia merdeka. Kita harus duduk bersama, bermusyawarah, berkontribusi untuk NKRI agar benar-benar dapat mewujudkan pendidikan abad xxi untuk membangun moral dan peradaban bangsa berbasis pendidikan karakter seperti yang dicanangkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Bapak Ki Hajar Dewantara. Jangan hanya jargon atau kampanye saja tetapi harus benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti. Semoga seluruh elemen bangsa dapat berkontribusi untuk terus mewujudkan pendidikan Indonesia untuk membangun moral dan peradaban bangsa Indonesia yang lebih beradap ke depannya. Mari kita terus wujdukan 5B: bersilaturahmi, berkomunikasi, berkolaborasi, beraksi, dan berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) di istana arfuzh tercinta untuk dapat mengahsilkan multigenrasi NKRI yang bermoral, berkarakter, cerdas, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat.

“Bergerak dan menggerakkan sayap-sayap semesta di tengah taman bunga matahari yang akan selalau memotivasi dan menginspirasi multigenerasi NKRI sepanjang hari.

Beranda Cinta Istana Arfuzh Ratulisa, 2 Mei 2023

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.