News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kesantunan Tindak Tutur dalam Pembelajaran bagi Multigenerasi Z sebagai Media Pembentukan Karakter Sejak Dini

Kesantunan Tindak Tutur dalam Pembelajaran bagi Multigenerasi Z sebagai Media Pembentukan Karakter Sejak Dini

Kesantunan Tindak Tutur dalam Pembelajaran bagi Multigenerasi Z
 sebagai Media Pembentukan Karakter Sejak Dini


 Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa

"Kawan, kesantunan tindak tutur seorang anak akan meluluhlantahkan emosi dan egosektoral siapa pun yang mendengar dan merasakannya dengan hati"

Kesantunan dalam bertutur seorang peserta didik dan mahasiswa sebagai multigenerasi Z kepada guru dan dosennnya saat pembelajaran di kelas atau pun di luar kelas sangat menentukan sikap dan pandangan partisipan yang mendengar dan melihatnya. Hal ini sebagai perwujudan karakter keteladanan yang harus ditanmkan sejak dini kepada peserta didik dan mahasiswa generasi Z. Multigenerasi Z yang menguasai teknologi dalam berbagai aplikasi dan perangkat lainnya dapat menjadi santun tetapi dapat juga terjadi sebaliknya. Hal ini dikarenakan situasi dan kondisi keberagaman yang menyertai proses pembentukan karakter di rumah, sekolah, masyarakat, dan dunia maya yang diikuti selama ini. Oleh karena itu, kesantunan tindak tutur peserta didik dan mahasiswa generasi Z dalam pembelajaran atau pun di luar kelas harus terus dilatih, dipantau, dan dievaluasi sejak dini oleh semua pihak, baik orang tua, guru, dosen, dan masyarakat sebagai fungsi kontrol secara berkelanjutan.

Orang Jawa sering mengatakan bahwa generasi muda atau generasi Z itu, sering wani kaduk kurang duga ‘berani bertindak tetapi kurang perhitungan’ dalam berbagai situasi dan kondisi. Oleh karena itu, perlu ada proses pembelajaran kesantunan oleh guru dan dosen sejak dini di kelas dan luar kelas secara berkelanjutan. Proses spembelajaran itu dapat dilaksanakan dengan tahapan berikut: (1) keteladanan dalam berbagai proses tindak tutur dan tulisan, baik langsung maupun dunia maya, (2) pengenalan berbagai kasus positif dan negatif akibat tindak tutur yang santun dan tidak santun, (3) praktik tindak tutur santun di dalam kelas dan luar kelas, (4) praktik menghindari dan meminimalisir tindak tutur tidak santun di dalam kelas maupun di luar kelas, (5) evaluasi penggunaan tindak tutur kesantunan, baik dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Dengan lima tahapan tersebut apabila dipraktikan dan dilakukan secara periodik maka akan diperoleh hasil peserta didik dan mahasiswa yang dapat menghargai diri sendiri dan orang lain dengan kesnatunan tindak tuturnya dalam segala situasi dan kondisi.

Guru dan dosen abad xxi harus dapat menerapkan pembelajaran dengan studi kasus dan project based learning untuk dapat membentuk karakter dan keteladanan kesantunan dalam tindak tutur peserta didik dan mahasiswa sebagai multigenerasi Z. Hal ini sebagai wujud implementasi penguasaan kompetensi hardskill dan softskill peserta didik dan mahasiswa dalam pemahaman teks, koteks, dna konteks tuturan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai penguasan kompetensi hardskill saja masih belum cukup maka harus dilengkapi dengan penguasaan softskill dalam berkomunikasi yang santun, antara lain: (1) menyapa lebih dahulu ketika bertemu dengan orang lain dengan senyum 228 (dua sentimeter  ke kiri, dua sntimeter ke kanan, dan delapan detik mengembang dengan ikhlas), (2) menghargai orang yang lebih tua saat bertutur di mana saja berada, (3) menyayangi yang lebih muda saat bertutur dalam berbagai konteks, (4) menurunkan volume dan intonasi saat bertutur dengan siapa saja dan dimana saja, (5) menatap lawan tutur dengan penuh kesantunan dna kasih sayang. Dengan penguasaan softskill tersebut maka peserta didik dan mahasiswa generasi Z dalam pembelajaran dan di luar kelas akan terus menjadi teladan yang baik dan santun dalam bertutur, baik dalam dunia n yata maupun maya.

Praktik pembelajaran berbasis project based learning dan studi kasus dalam tindak tutur kesantunan yang terjadi di dalam pembelajaran dan di luar kelas akan dapat menjadi contoh nyata bagi multigenerasi Z. Keberlanjutan proses pembelajaran secara mandiri dan berkelompok untuk dapat bertutur dengan santun dan menghargai lawan tutur dalam berbagai konteks tuturan merupakan perwujudan dan implementasi pragmatik dalam kehidupan. Oleh karena itu, pemahaman posisi penutur dan lawan tutur, implikatur, dan praanggapan, prinsip kerja sama, prinsip kesantunan, deiksis, dan implementasi pragmatik dalam kehidupan menjadi modal dasar melatih dan membiasakan keteladanan, karakter peserta didik dan mahasiswa generasi Z untuk menjadi teladan bertutur yang baik, santun, dan dapat menghargai lawan tuturnya dalam segala situasi dan kondisi. Aneka upaya pembiasaan dan latihan praktik secara berkelanjutan bagi multigenerasi Z di 38 provinsi menjadi wujud nyata upaya pembentukan profil pelajar Pancasila yang berakhlak mulia, mandiri, kreatif, kritis, bergotong royong, dan berkebhinekaan global untuk terus berliterasi dnegan ratulisa (rajin menulis dan membaca) sepanjang masa. Dengan demikian, multigenerasi Z di berbagai wilayah Indonesia akan menjadi teladan bertindak tutur yang santun dalam segala konteks kehidupan.

“Kala senja menuju peraduannya, secangkir teh lemon membalut ruang semesta menjadi indah memesona dengan beribu canda tawa yang berjudul huruf, kata, frasa, kalimat, pargraf, dan wacana di beranda istana Arfuzh Ratulisa tercinta”

 Beranda Istana Arfuzh Ratulisa, 13 Juni 2023

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.