News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Meningkatnya Kebutuhan Pangan Organik Menyebabkan Budidaya Padi Organik Juga Meningkat

Meningkatnya Kebutuhan Pangan Organik Menyebabkan Budidaya Padi Organik Juga Meningkat

 Meningkatnya Kebutuhan Pangan Organik Menyebabkan Budidaya Padi Organik Juga Meningkat


ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (Alexainfoterkini.com) foto : Eko 

SOLO - Feriana Dwi Kurniawati menyatakan meningkatnya jumlah populasi manusia menyebabkan meningkat pula kebutahan pangan manusia, khususnya padi. Semakin baik kualitas hidup manusia, maka kebutuhan pangan tersebut semakin menuntut kualitas yang baik bagi kesehatan manusia, seperti pangan organik. Meningkatnya kebutuhan pangan organik, menyebabkan budidaya padi organik juga meningkat. Namun peningkatan budidaya padi organik di sawah tidak diimbangi dengan pengetahuan petani untuk mengaplikasikan bahan organik yang tidak sekedar memberi manfaat nutrisi bagi tanaman dan mendukung produktivitas padi saja, tetapi perlu diperhatikan kualitas dan jenis bahan organik yang ramah bagi lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mencari solusi mitigasi emisi gas metana dari lahan sawah dengan menjaga stabilitas produksi padi, serta kualitas beras yang sehat dan aman dikonsumsi melalui manfaat limbah sebagai upaya mengurangi dampak negatif terhadap fungsi lingkungan hidup. 


"Salah satu upaya tersebut adalah memanfaatkan kompos limbah industri jamu dan minyak kayu putih yang diaplikasikan sebagai pupuk organik pada budidaya padi sawah di tanah Andisol dengan varietas padi Inpari 32," ungkap Feriana saat memaparkan disertasi didepan Dewan Penguji yang dipimpin oleh Prof Dr. Ir Ahmad Yunus, MS, berjudul "Mitigasi Emisi Gas Metana Di Lahan Sawah Dengan Kompos Dari Limbah Minyak Kayu Putih dan Limbah Industri Jamu," Rabu (1/11) di Kampus Pasca Sarjana UNS, Solo, Rabu (1/11).

Tujuan dari penelitian ini, menurut Feriana  adalah untuk menemukan inovasi dalam menekan emisi gas metana dari lahan sawah dengan memanfaatkan limbah industri jamu dan minyak kayu putik yang didekomposer dengan berbagai bioaktivator sebagai kompos yang dapat memberikan nutrisi tanaman padi (N, P, K) sekaligus menekan produksi gas metana dari sawah serta mengembangkan pertanian organik untuk menghasilkan pangan yang sehat dan bermutu tinggi.  

Untuk mencapai tujuan tersebut, lebih lanjut Feriana mengatakan, dilaksanakan penelitian melalui 5 (lima) kajian/penelitian, diantaranya yaitu Kajian I: “Survei untuk memetakan produksi gas metana pada lahan sawah organik dan konvesional di tanah Andisol dan Alfisol”,  dengan tujuan untuk membandingkan produksi gas metana dan produktivitas padi pada lahan sawah yang dibudidayakan petani secara organik dan konvensional di tanah Andisol dan Alfisol. Penelitian dilakukan dengan survei yang mengambil sampel gas metana pada lokasi secara random sampling 3 ulangan dari 2 lokasi Andisol dan 2 lokasi Alfisol dalam satu musim tanam selama 4 kali yaitu 15 HST, 35 HST, 65 HST, dan 100 HST. Tata pelaksanaan penelitian dilakukan dengan survei lahan dan wawancara kepada petani, pengambilan contoh gas metana, dan pengamatan lapangan dan pengambilan sampel tanah. Hasil penelitian pada kajian I adalah emisi gas metana di lahan tanah Andisol organik menghasilkan produksi gas metana paling tinggi dibandingkan semua jenis tanah dan cara sistem budidaya (organik/konvensional). Emisi gas metana pada tanah Alfisol konvensional lebih tinggi dibanding Alfisol organik. Budidaya padi organik di Andisol sebesar 513 kg CH4/ha/musim, Andisol  konvensional 497 kg CH4/ha/musim disusul Alfisol konvensioanl  467 kg CH4/ha/musim dan terendah di Alfisol organik 342 kg CH4/ha/musim. sedangkan produktivitas tertinggi pada Andisol konvensional sebesar 7,8 ton/ ha, diikuti Alfisol konvensional 7,4 ton/ ha, kemudian Andisol organik 6,7 ton/ha dan Alfisol organik 6,5 ton/ ha. 


Kajian II: “Melakukan pengomposan limbah industri jamu dan minyak kayu putih dengan berbagai bioaktivator untuk memperoleh kompos yang terbaik”, dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh berbagai bioaktivator terhadap hasil pengomposan limbah industri jamu dan minyak kayu putih serta memperoleh kompos yang terbaik. Penelitian dilakukan dengan rancangan RAL 2 faktor yang diulang 3 kali, yaitu limbah organik (B) yang terdiri dari 2 taraf : limbah jamu (B1) dan limbah minyak kayu putih (B2) serta faktor bioaktivator (S) terdiri dari 4 taraf yaitu : tanpa bioaktivator (kontrol/ S0), urin kelinci (S1), MOL petani (S2), dan dekomposer komersial “Provibio” (S3). Tata pelaksanaan penelitian dilakukan dengan persiapan bahan organik untuk proses pengomposan, proses pengomposan, dan analisis kompos. Hasil penelitian pada Kajian II yaitu pengomposan limbah minyak kayu putih dan limbah industri jamu dengan berbagai aplikasi bioaktivator menunjukkan bahwa aplikasi dengan bioaktivator MOL petani memiliki kualitas kompos yang lebih baik dari tingkat dekomposisi kandungan nutrisi dan tingkat degradasi kompos tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 

Menurut Feriana, Kajian III: “Menguji pengaruh  kompos dan pupuk kimia terhadap produksi emisi gas metana dari lahan sawah Andisol pada tingkat laboratorium”, dengan tujuan untuk mengetahui produksi gas metana dengan metode inkubasi di laboratorium. Penelitian dilakukan dengan rancangan RAL 1 faktor yang diulang 3 kali yaitu O1 (Andisol + kompos limbah jamu 10 ton), O2 (Andisol + kompos limbah minyak kayu putih 10 ton), O3 (Andisol + kompos kotoran sapi 10 ton), O4 (Andisol + tanpa penambahan kompos dan tanpa penambahan pupuk kimia/kontrol), C1 (Andisol kombinasi 5 ton kompos limbah jamu +166 kg/ha urea, 166 kg/ha ZA, TSP 330 kg/ha),  C2 (Andisol kombinasi + 5 ton kompos limbah minyak kayu putih +166 kg/ha urea, 166 kg/ha ZA, TSP 330 kg/ha), C3 (Andisol kombinasi + 5 ton kompos kotoran sapi+166 kg/ha u rea, 166 kg/ha ZA, TSP 330 kg/ha), C4 (Andisol + 166 kg/ha urea, 166 kg/ha ZA, TSP 330 kg/ha). Tata pelaksanaan penelitian dilakukan dengan proses inkubasi serta pengambilan gas metana dan perhitungan data produksi gas metana. Hasil penelitian Kajian III yaitu inkubasi dari aplikasi jenis kompos yang berbeda pada tanah Andisol dengan dua jenis perlakuan  (tanpa pupuk kimia dan kombinasi kompos dengan pupuk kimia) serta pemberian kompos menunjukkan penurunan potensi produksi gas metana terbesar pada aplikasi kompos dari limbah minyak kayu putih pada tanah Andisol kombinasi maupun tanpa kombinasi pupuk kimia. Potensi produksi gas metana dari tanah Andisol dengan pengolahan tanpa kombinasi pupuk kimia dan kombinasi yang diberikan kompos yang berbeda menunjukkan hasil lebih tinggi pada pengolahan tanpa kombinasi pupuk kimia. Perlakuan kompos kotoran sapi menunjukkan hasil tertinggi hingga hari ke 20 selama proses inkubasi dan terlihat pada tanpa kombinasi dan kombinasi. Total emisi gas metana tertinggi terlihat pada perlakuan kontrol (O4) sebesar 1,62 µg CH4/g tanah yang diikuti oleh perlakuan kompos kotoran sapi + pupuk kimia (C4)  sebesar 1,31 µg CH4/g tanah, sedangkan yang terendah terlihat pada perlakuan kompos limbah minyak kayu putih + pupuk kimia (C2) sebesar 0,42 µg CH4/g tanah yang diikuti oleh perlakuan kompos limbah minyak kayu putih (O2) sebesar 0,51 µg CH4/g tanah. Kandungan fenolik serta senyawa lain dalam kompos minyak kayu putih dan limbah jamu memberikan pengaruh lebih rendah terhadap emisi gas metana dibandingkan dengan  kontrol maupun kompos petani (kotoran sapi) yang tidak mengandung fenolik. 

Feriana mengatakan, Kajian IV: “Mengevaluasi pengaruh perlakuan kompos petani, limbah jamu dan minyak kayu putih terhadap produktsi emisi gas metana dan produktivitas padi Inpari 32 di lahan sawah Andisol”, dengan tujuan untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan kompos petani, limbah jamu dan minyak kayu putih terhadap produksi emisi gas metana dan produksi padi di lahan sawah Andisol. Penelitian dilakukan dengan rancangan RAKL faktor tunggal yang terdiri dari 8 aras, dimana masing-masing diulang 3 blok. Perlakuan yang digunakan adalah O1 (kompos limbah jamu 10 ton), O2 (kompos limbah minyak kayu putih 10 ton), O3 (kompos kotoran sapi 10 ton), O4 (tanpa penambahan kompos dan tanpa penambahan pupuk kimia/kontrol), C1 (5 ton kompos limbah jamu +166 kg/ha urea, 166 kg/ha ZA, and TSP 330 kg/ha),  C2 (5 ton kompos limbah minyak kayu putih+166 kg/ha urea, 166 kg/ha ZA, and TSP 330 kg/ha), C3 (5 ton kompos kotoran sapi+166 kg/ha u rea, 166 kg/ha ZA, and TSP 330 kg/ha), C4 (5 ton+166 kg/ha urea, 166 kg/ha ZA, and TSP 330 kg/ha). Tata pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mendesain plot percobaan, pengambilan contoh gas metana, serta persiapan bahan kompos, tanah dan tanaman. Hasil penelitian Kajian IV menunjukkan bahwa perlakuan dengan kompos kayu putih (kompos kayu putih 10 t.ha-1 (O2) dan kompos kayu putih 5 t.ha-1 + pupuk kimia (C2) paling baik dalam menurunkan emisi metana dari lahan sawah. Sedangkan untuk hasil padi, perlakuan dengan kompos pupuk kandang (kompos pupuk kandang 10 t.ha-1 O3 dan pupuk kompos kendang 5 t.ha-1 + pupuk kimia (C3) memberikan hasil tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan kompos kayu putih 10 t.ha-1 (O2), kompos limbah jamu 10 t.ha-1 + pupuk kimia (C1) dan kompos kayu putih 5 t.ha-1 + pupuk kimia (C2). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompos terbaik untuk lahan sawah adalah dengan menggunakan kompos limbah minyak kayu putih, baik tanpa kombinasi maupun dikombinasikan dengan pupuk kimia, karena hasilnya tidak berbeda nyata antara O1 dan O2 dalam hal penurunan emisi metana dan hasil produktivitas padi. Namun demikian, penelitian di masa depan diperlukan untuk mengembangkan pemanfaatan limbah minyak kayu putih, limbah jamu, dan lainnya yang berfungsi ganda sebagai sumber nutrisi dan untuk memitigasi emisi gas metana.


Lebih lanjut Ia mengatakan, Kajian V: “Melaksanakan survei untuk mengkaji kegiatan sosial ekonomi dan budaya petani dengan kuesioner”, dengan tujuan untuk mengkaji hasil survei kegiatan sosial ekonomi dan budaya petani dalam berbudidaya padi organik. Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner melalui googleform serta wawancara terhadap petani organik dan kombinasi yang berlokasi pada tempat penelitian Kajian I maupun kajian IV serta perwakilan petani organik di Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian Kajian V yaitu hasil wawancara menggambarkan petani sampel dari penelitian ini telah memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam budidayanya dan bersedia menerima masukan teknologi baru dalam usaha budidayanya, tetapi masih bervariasi tingkat pemahaman dan kontribusinya. Diketahui juga bahwa hasil analisis usaha tani pertanian padi organik lebih menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi petani dibandingkan pendapatan petani dari hasil budidaya padi kombinasi.

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.