News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Dosen UNS Bagikan Pengalaman Ramadan di Amerika Serika

Dosen UNS Bagikan Pengalaman Ramadan di Amerika Serika

 Dosen UNS Bagikan Pengalaman Ramadan di Amerika Serikat

Penulis : Ditulis kembali oleh eko prasetyo

Caption foto : istimewa

SOLO– Ramadan merupakan momentum yang sangat didambakan umat Islam. Warga muslim di Indonesia selalu menyambut Ramadan dengan semarak. Namun, bagaimana Ramadan di luar Tanah Air? Dosen Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Muhammad Taufiq Al Makmun, S.S., M.A. membagikan pengalamannya menjalani Ramadan di Amerika Serikat.

Saat ini Taufiq sedang menyelesaikan pendidikan PhD di Bowling Green State University (BGSU), Ohio, Amerika Serikat. Karena itulah, beliau menjalani Ramadan kali ini di negeri Paman Sam. Beliau menceritakan pengalamannya berpuasa di Amerika Serikat dalam acara Cultural Talk: Ramadhan Around the World Series yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kerjasama dan Layanan Internasional (KLI) UNS pada Selasa (5/4/2022).

Dalam acara yang digelar secara daring tersebut, Taufiq mengatakan bahwa jumlah muslim di Amerika meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan jumlah masyarakat muslim di Amerika ini berdampak pada meningkatnya jumlah masjid di sana. Berdasarkan data yang dipaparkan, pada 2020 tercatat sebanyak 2.769 masjid di seluruh Amerika.

Hal ini sangat menguntungkan masyarakat muslim terutama para perantau yang tinggal di Amerika. Dosen kelahiran Klaten ini mengatakan dirinya termasuk salah seorang yang merasa diuntungkan. Beliau bercerita bahwa pusat Islam di daerahnya terletak di Perrysburg. Di sana terdapat masjid yang disemarakkan dengan berbagai kegiatan islami.

Tak Terkendala Menjalankan Ibadah di Kampus

Taufiq mengaku beruntung menempuh pendidikannya di BGSU, Ohio karena mereka cukup memfasilitasi para mahasiswa muslim. Meski menjadi minoritas, mahasiswa muslim di BGSU mendapat beberapa fasilitas khusus di antaranya musala dan diizinkan salat berjamaah lima waktu di kampus.

“Kami mahasiswa muslim tidak terkendala dalam melaksanakan ibadah keagamaan di kampus maupun dalam kehidupan sosial,” ujarnya.

Saat Ramadan seperti ini pun, kampus sangat membuka diri. Salah satu buktinya yakni kampus mengucapkan selamat menjalankan Ramadan kepada mahasiswa muslim di media sosial kampus. 

Komunitas muslim di BGSU juga melaksanakan berbagai ibadah bersama seperti salat tarawih berjamaah dan kajian sehabis salat subuh. Selain itu, mereka juga sering berbuka bersama dengan membawa bekal masing-masing.

“Ya meskipun demikian saya tetap nggak bisa menemukan kolak di pinggir jalan kalau di sini,” ungkap Taufiq disusul dengan tawa.

Dosen yang merampungkan pendidikan masternya di Universiteit Utrecht, Belanda ini menjelaskan dirinya berpuasa selama 15 jam di sana. Meskipun lebih lama daripada berpuasa di Indonesia, Taufiq mengatakan bahwa cuaca di sana sangat mendukung untuk berpuasa.

“Saya sangat bersyukur karena bulan ini masuk musim semi jadi tidak sesulit saat musim panas. Temperatur di sini di bawah 10 derajat Celsius. Satu minggu sebelum Ramadan juga turun salju di sini, jadi udaranya pas,” kata Taufiq.

Menyerukan Islam Damai di Amerika

Meskipun jumlah masyarakat muslim di Amerika meningkat, banyak warga yang masih belum paham tentang Islam. Selain itu, masyarakat Amerika juga masih trauma dengan serangan 11 September 2001 yang dilangsungkan teroris.

Untuk mengatasi hal tersebut, komunitas muslim di Amerika berusaha untuk menyerukan Islam damai. Berbagai hal dilakukan seperti membuka stand Islam di kampus BGSU. Komunitas muslim di BGSU membuat selebaran yang menjelaskan tentang Islam. Selebaran tersebut kemudian dibagikan kepada pengunjung stand.

Selain itu, Ramadan ini juga dijadikan sebagai sarana menyerukan Islam damai. Salah satu caranya yakni masyarakat muslim menyelenggarakan salat tarawih di Times Square, New York. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ratusan umat Islam di Amerika berkumpul di jantung New York tersebut untuk menggelar tarawih sebagai penanda mulainya Ramadan. Taufiq memandang hal ini sebagai salah satu upaya mengenalkan Islam yang ramah.

“Umat Islam mencoba untuk mengampanyekan Islam yang damai. Karena itulah kemarin ada salat tarawih di Times Square. Berita ini pun menyebar luas di dunia karena ini pertama kalinya dalam sejarah,” tutur Taufiq.

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.