News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Bekerja Sama dengan Y-20, Girl Up UNS Adakan Gelar Wicara Kesetaraan Gender

Bekerja Sama dengan Y-20, Girl Up UNS Adakan Gelar Wicara Kesetaraan Gender


Bekerja Sama dengan Y-20, Girl Up UNS Adakan Gelar Wicara Kesetaraan Gender



ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (alexainfoterkini.com), foto : istimewa

SOLO -  Girl Up Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerja sama dengan Youth Twenty (Y20) menyelenggarakan gelar wicara yang bertajuk “Kesetaraan Gender: Memanfaatkan Peran Pemuda dalam Menciptakan Lingkungan yang Inklusif Melalui Pendidikan Berbasis Interseksional” pada Rabu (26/10/2022) di Ruang Seminar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNS.

Acara ini menghadirkan dua pembicara, yaitu Lintang Amartya selaku Presiden Girl Up dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Aurelia Bianca Hanjaya selaku Diversity and Inclusion Track Officer Y20 Indonesia dan dimoderatori oleh Tessalonika Masta Dame Marbun selaku Kepala Hubungan Masyarakat Girl Up UNS.

Acara gelar wicara dimulai dengan kata sambutan oleh Presiden Girl Up UNS, Sherley Adalia, secara virtual dan dilanjutkan dengan sambutan perwakilan dari pihak UNS, yaitu Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si selaku Pembina Girl Up UNS. Prof Ismi juga merupakan Ketua Satuan Petugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) UNS dan Dekan FISIP UNS. Acara dilanjutkan dengan opening remarks yang diisi oleh Co-chair Y20 Indonesia 2022, Rahayu Saraswati.

Dalam pemaparannya, ia menjelaskan potensi yang dimiliki oleh pemuda dalam menyuarakan perubahan pada pemimpin-pemimpin negara G20. Lebih lanjut, keberagaman dan inklusivitas menjadi salah satu fokus isu baru yang diangkat oleh Y20 tahun ini, kesetaraan gender menjadi salah satu aspek penting yang disoroti.


“Pemuda sebagai bagian dari bonus demografi dan usia produktif, baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama memiliki hak untuk berproduktivitas menjadi bagian dari pembangunan bangsa ini,” jelas Rahayu.

Beralih ke acara inti, Lintang memaparkan materi mengenai pentingnya pendidikan yang inklusif dan interseksional.

“Perbedaan gender, ras, agama, keterbatasan fisik, indigenous people, dan kelompok-kelompok lain menjadikan garis start dalam memperoleh pendidikan menjadi berbeda. Kesadaran mengenai perbedaan ini penting karena agar pendidikan bisa optimal untuk tiap individu menyesuaikan pemahaman dasar mereka. Itulah mengapa seharusnya standar atau kurikulum pendidikan menyesuaikan dengan kondisi,” papar Lintang.

Selanjutnya, Aurel menjelaskan bahwa prinsip yang harus dipegang dalam pengimplementasian adalah membedakan mana yang sudah berkapasitas dengan yang belum.

“Prinsipnya adalah kadang harus dibedakan dahulu agar yang tertinggal bisa mengikuti yang lebih maju. Jadi, starting point antara yang sudah capable dengan yang underprivilege tidak dapat disamakan. Pendidikan kontekstual digunakan untuk mencapai tujuan pemerataan, karena tujuannya bukan untuk mendiskriminasi, tetapi menyamakan konteks yang terpinggirkan dalam pendidikan yang universal lewat approach yang berbasis interseksionalitas dan kontekstual,” jelasnya.

Gelar wicara interaktif antara pembicara dan peserta ini berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Setelah sesi tanya jawab dengan peserta, acara dilanjutkan dengan sesi ice breaking


Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.