News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Membumikan Literasi dengan Ratulisa untuk Masyarakat Dunia (Pemantik Melek Literasi pada Hari Aksara Internasional)

Membumikan Literasi dengan Ratulisa untuk Masyarakat Dunia (Pemantik Melek Literasi pada Hari Aksara Internasional)

   Membumikan Literasi dengan Ratulisa untuk Masyarakat Dunia

(Pemantik Melek Literasi pada Hari Aksara Internasional)

Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa


"Kawan, penguatan jati diri dengan segala risiko yang dihadapi untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa masalah merupakan ketangguhan diri dalam menjelajahi semeseta kehidupan dalam dunia maya dan nyata secara komprehensif"

Upaya untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung (calistung) telah mengingatkan kita pada masa anak-anak. Belajar dan membelajarakan diri secara terus-menerus dalam berbagai kondisi masing-masing penerangan yang sangat minim karena listrik belum masuk desa dan masih menggunakan lampu minyak atau tinthir/teplok. Namun demikian, semua upaya dan perjuangan untuk dapat belajar calistung dapat berbuah manis sampai sekarang. Hal inilah yang layak disyukuri akan kuasa Tuhan yang telah memberikan kepada manusia akal pikiran sempurna dan sebagai pembeda dengan makhluk lain di semsesta ini. Oleh karena itu, Tuhan memerintahkan kita untuk berliterasi dengan membaca dan menulis. Selaras dengan hal tersebut, tentu mengingatkan tanggal 8 September setiap tahun diperingati sebagai hari Aksara Internasional oleh Masyarakat dunia. Dengan demikian dapat ditegaskan betapa pentingnya penguasaan keterampilan membaca, menulis, dna berhitung bagi seluruh umat manusia di dunia pada abad xxi ini sebagai bekal kompetensi hardskill dan softskill.

Berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) sebagai solusi untuk seluruh masayarakat dunia agar dapat memahami, mengetahui, dan menggenggam dunia. Hal ini sebagai bentuk upaya secara terus-menerus agar masyarakat dunia melek aksara sesuai dengan  penggunaan huruf dan kata dalam bentuk fonem vokal, konsonan, kata, frasa, klausa, kalimat, dan bahkan wacana. Semua penguasaan bentuk-bentuk aksara tentu memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing sesuai dengan konteks penggunaan bahasa yang berbeda-beda untuk seluruh masayarakat dunia. Upaya membumikan literasi dengan Ratulisa  untuk masyrakat dunia dapat dilakukan secara bertahap melalui: (1) pendidikan formal, baik, pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, (2) pendidikan nonformal: ranah keluarga, masyarakat, karang taruna, kejar paket A,B,C, komunitas, posyandu, dan melalui organisasi sosial kemasyarakatn, (3) kegiatan latihan ratulisa dalam berbagai model secara bertahap bekerja sama dengan Lembaga Arfuzh Ratulisa Surakarta, Asosiasi Dosen Bahasa dan sastra Indonesia (ADOBSI) perpusatakaan daerah dan perpustaakaan nasional, (4) festival ratulisa untuk membumikan literasi bagi seluruh masyarakat dunia, dan (5) memuplikasikan hasil ratulisa melalui berbagai media cetak dan online sebagai bentuk sosialisasi secara komprehensif, (6) merayakan hasil-hasil karya berliterasi dengan ratulisa yang dikemas dengan kolaborasi extravaganza yang melibatkan multiggenrasi negara-negara di dunia, seperti peserta didik, guru, dosen, pegiat literasi, komunitas, masyarakat, dan semua organisasi sosial kemasyarakatan yang tersebar pada 7 benua di dunia.

Berdasarkan hasil obervasi pada masyarakat Asia, Amerika, Antartika, Eropa, dna Australia tentu dapat dibandingkan bagaimana semangat untuk berliterasi dengan ratulisa dalam berbagai konteks kehidupan. Proses belajar dan membelajarkan diri dan kultur sosial budaya yang berkebhinekaan di Indonesia tentu memiliki cara dan model yang berbeda dengan negara-negara lain. Hal ini dapat dilihat budaya membaca yang berbeda-beda di Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Maroko, Kamboja, Amerika Serikat. Hal ini tentu ada keunikan sosial budaya yang mempengaruhi masayarakatnya untuk berliterasi dengan ratulisa. Selain itu dapat diperhatikan negara-negara yang memiliki literasi tinggi pada abad xxi ini, seperti: (1) Finlandia yang memiliki  budaya membaca dan menulis sejak dini, (2) Swedia, memiliki penduduk yang gemar membaca buku, (3) Belanda, memiliki Masyarakat yang dibiasakan membaca buku sejak dini, (4) Jepang, (5) Australia, (6) China,  semua memiliki penduduk yang gemar membaca dan menulis sejak dini dan seluruh negara-negara di Benua Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika, Eropa, dan Australia tentu memiliki keunikan masing-masing dalam berliterasi dengan Ratulisa. Perbedaan kegemaran membaca dan menulis pada masing-masing negara pada 7 benua tersebut akan menjadi visrus-virus positif untuk memantik masyarakat dunia berliterasi dengan Ratulisa dalam berbagai kesempatan dan forum yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam kerja sama G-20 atau KTT ASIA secara bertahap dan berkelanjutan. Dengan demikain, upaya untuk memantik semangat berliterasi dengan ratulisa untuk masyarakat dunia dapat terwujud secara bertahap melalui dukungan pemangku kepentingan negara-negara berkembang dna maju di dunia.

Pemberdaayaan sumber-sumber lierasi digital bagai masyarakat dunia harus ditingkatkan melalui kerja sama lembaga literasi dunia yang dimiliki oleh UNESCO dan negeri-negara di 7 benua tersebut. Hal ini sebagai upaya untuk membangkitkan semangat multigenerasi dunia abad xxi untuk menguasai empat keterampilan abad xxi: (1) berpikir kreatif, (2) berpikir kritis, (3) komunikatif, dan (4) kolaboratif. Selain itu, multigenerasi dunia abad xxi harus menguasai 6 literasi dasar sebagai modal dasar pengetahuan secara komprehensif, antara lain literasi: (1) menulis dan membaca, (2) numerik, (3) keuangan, (4) digital, (5) sains, dan (6) budaya & kewargaan. Dengan menguasai empat keterampilan abad xxi, enam literasi dasar, maka multigenerasi dunia diharapkan dapat membangun kerja sama antarnegara di 7 benua untuk dapat menumbuhkembangkan budaya berliterasi dengan Ratulisa secara komprehensif dan berkelanjutan sejak dini.

Pengembangan teknologi yang terus berubah dan adaptif tentu dapat menjadi modal dasar bagai multigenerasi dunia untuk melek literasi dgital. Namun demikian diperlukan Koordinator dan mentor bagi multigenerasi abad xxi di seluruh dunia sebagai pemantik dan pengontrol berbagai kegiatan literasi dengan Ratulisa yang dilaksanakan di tujuh benua tersebut. Dengan demikian akan diperoleh berbagai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut secara komprehensif dan holistik bagi negara-negara berkembang dan maju secara bersama-sama. Sekarang perhatian kita bersama yang harus dilakukan adalah, bagaimana memulai diri kita untuk terus membiasakan dan membudayakan untuk berliterasi dengn Ratulisa pada diri sendiri, keluarga, masyarakat sekitar, komunitas, dari dusun, desa, kecamatan, kabupaten, kota, gubernur, dan ibu kota agara semua tergerak dan bergerak untuk berliterasi dengan Ratulisa.

 Berbagai upaya setrategis harus diambil untuk dapat menyebarkan virus-virus positif bagai multigenerasi dunia abad xxi yang kreatif, inovatif, prouktif, dan inspiratif. Wahai multigenerasi dunia abad xxi tetaplah semangat untuk berliterasi dengan Ratulisa sebagai wujud pemantik berliterasi pada hari aksara internasional pada 8 September 2023. Berliterasi berarti memahami dan mengerti dunia dengan isinya untuk dapat menjaga dan melestarikannya sepanjang masa. Mimpi dan imajinasi lebih kuat dari pengetahuan kita maka wujudkan mimpimu dengan melompat lebih jauh untuk menggapai selebrasi literasi dan melek aksara sepanjang masa dalam pelukan extravaganza bersama Ratulisa yang indah dan memesona dalam pelukan semesta untuk kemajuan dan kejayaan multigenerasi dunia abad xxi..

“Keheningan dan kesunyian malam dapat membuka tabir makna yang tersurat dalam bisikan semesta yang menyimpan segala cerita dan kenangan sepanjang masa untuk ditampilakan dalam extravaganza dunia literasi di istana Arfuzh Ratulisa tercinta”

Beranda Cinta Istana Arfuzh Ratulisa, 7 September 2023

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.