Mahasiswa KKN UNS Mengadakan Program Dapur Sehat dan Penyuluhan Golden Age
Mahasiswa KKN UNS Mengadakan Program Dapur Sehat dan Penyuluhan Golden Age
Humas KKN Kelompok 158 UNS, Dominica Shiva mengatakan, selain penyuluhan, KKN Kelompok 158 juga mengadakan pemberian makanan bergizi melalui program dapur sehat dalam upaya pencegahan stunting. “Kelompok kami dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan Dr. Siti Khoiriyah S.Si., M.Si.,” terang Dominica Shiva.
Dalam pertemuan PKK yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2024di Desa Poncol, KKN Kelompok 158 UNS diundang untuk mengikuti diskusi dengan kader-kader Desa Poncol untuk membahas mengenai upaya pencegahan stunting pada anak. Dari hasil diskusi tersebut diputuskan untuk membuat program berupa dapur sehat. Dapur sehat merupakan program yang dibuat untuk memberikan pemahaman mengenai gizi yang seimbang bagi anak sehingga perkembangan mereka dapat maksimal. Dapur sehat ini dilaksanakan dengan menu berupa soto ayam, dengan lauk berupa telur dan bakwan jagung, serta pemberian buah jeruk dan susu.
“Karena dengan menu tersebut dapat memenuhi prinsip B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan bagi anak,” ujar Dominica Shiva yang juga sebagai mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS ini.
Sedangkan, dalam rilis yang diterima uns.ac.id, Senin (12/8/2024), Sekretaris KKN Kelompok 158 UNS, Rofiqoh menambahkan, stunting masih menjadi permasalahan serius di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Data terkini pada tahun 2024 menunjukkan terdapat 1.799 anak di kabupaten ini yang mengalami stunting. Kondisi ini juga terjadi di Desa Poncol, di mana 20 anak teridentifikasi mengalami stunting. Angka ini menunjukkan perlunya perhatian khusus dan tindakan nyata untuk mengatasi masalah gizi kronis yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Faktor-faktor penyebab stunting di Kabupaten Magetan, termasuk Desa Poncol, meliputi kurangnya asupan gizi, pola asuh yang tidak optimal, sanitasi yang buruk, dan akses terbatas terhadap layanan kesehatan yang berkualitas,” ujar Rofiqoh yang juga sebagai mahasiswa Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum (FH) UNS ini.
Lutfi Lafil Cahya Putra yang merupakan salah satu anggota kelompok 158 UNS dan sebagai mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran (FK) diminta untuk menjadi narasumber pada acara tersebut. “Karena acara ini dihadiri oleh ibu dan Balita Desa Poncol, maka saya memutuskan untuk memberikan edukasi mengenai golden age,” terang Lutfi.
Golden age adalah waktu dimana pertumbuhan otak berlangsung dengan kecepatan yang tinggi dan mencapai proporsi terbesar yakni hampir mencakup seluruh kemampuan otak manusia, dalam pengembangannya sangat diperlukan nutrisi dan stimulasi yang baik dari orang tua. Oleh karena itu pemberian edukasi tentang golden age menjadi penting agar anak tidak mengalami keterlambatan tumbuh kembang dibandingkan anak seusianya serta mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Salah satu warga, Fatimah mengaku senang karena mendapatkan pengetahuan baru setelah mengikuti acara. “Saya baru tahu kalau perkembangan otak anak itu sudah mencakup kemampuan otak orang dewasa,” ungkap Fatimah.