Opini : Guru dan Dosen Era VUCA Harus Adaptif untuk Menyiapkan Generasi Emas Indonesia
Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa
"Kawan, kemauan dan kesungguhan untuk terus belajar dan membelajarkan diri sepanjang hayat menjadi upaya menyiapakan generasi emas yang kreatif, kritis, komunikatif, dan kolaboratif era digital"
Tulisan ini sebagai upaya refleksi diri penulis agar terus dapat belajar dan membelajarkan diri untuk menjadi guru dan dosen era abad xxi yang adptif, kretaif, kritis, komunikatif, kolaboratif, produktif, dan inspiratif bagi multugenerasi NKRI. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan berbagai aplikasi teknoligi informasi semakin leluasa menjadi teman dan sahabat bagi multigenerasi abad xxi. Peran guru dan dosen abad xxi harus ikut berperan dan berpartipasi aktif agar dapat mendampingi dan menjadi fasilatator bagi mahasiswa abad xxi. Percaya tidak percaya guru dan dosen saat ini sudah mulai ditinggalkan dan “tidak dipercaya” oleh para peserta didik dan mahasiswanya. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan ada “guru dan dosen” yang siap menjadi teman, sahabat, fasilitator, dan media 24 jam untuk menjawab semua keluahan, curhatan, dan pertanyaan bagai multigenerasi NKRI era digital. Siapakah “guru dan dosen” itu? Mbah Google. Inilah yang harus menjadi bahan evaluasi dan renungan bagi guru dan dosen abad xxi pada era Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA).
Era VUCA? Apakah era VUCA? Perlu diketahui bersama era VUCA merupakan gabungan situasi yang saat ini terjadi dan dialami oleh multigenerasi abad xxi, mulai dari volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas). Istilah VUCA sendiri berasal dari teori kepemimpinan yang berkembang dalam pelatihan United State Army War College. Teori tersebut pertama kali dijelaskan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus pada 1987. Dalam hal ini VUCA sendiri menjadi gambaran untuk menunjukkan kondisi yang terjadi usai perang dingin. Konsep VUCA ini pun berkembang hingga ke perusahaan, ekonomi dan bisnis (https://www.ruangkerja.id). Bahkan saat ini merambah ke dunia pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Terkait dengan situasi ini, merujuk pada situasi di atas dapat dipahami bahwa guru dan dosen era VUCA harus benar-benar ikut berubah, adaptif, kreatif, kritis, inovatif, produktif, dan inspiratif mengikuti perkembangan peserta didik dan mahasiswa era digital saat ini. Guru dan dosen abad xxi harus betul-betul bergerak untuk belajar dan membelajarkan diri dalam multikonteks yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Hal inilah peran guru dan dosen yang adaptif sebagai perwujudan guru dan dosen kreatif serta kritis sebagai bagian penguasan ketrampilan abad xxi. Bagaimana langkah strategis untuk dapat menjadi guru dan dosen abad xxi yang kreatif dan kritis era VUCA?
Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan oleh guru dan dosen era VUCA sebagai berikut. Pertama, adapttif terhadap segala situasi dan perubahan zaman. Guru dan dosen era VUCA harus menyikapi volatility atau volatilitas sebagai situasi yang harus diciptakan dengan suasana bahagia, riang, dan gembira. Guru dan dosen abad xxi harus dapat membangun komunikasi aktif dengan senyum sepenuh hati saat belajar dan membelajarkan bersama peserta didik dan mahasiswa. Tidak zamannya lagi guru dan dosen abad xxi yang angker, sangar, menakutkan, galak, dan aneka label yang menyeramkan bagi guru dan dosen abad xxi. Guru dna dosen abad xxi harus hadir dengan penuh kegembiraan, keriangan, kebahagian, dan selalu dirindukan oleh peserta didik dan mahasiswa sebagai teman, sahabat, dan fasilitator sejati. Dengan sikap ramah, santun, tegas, disiplin akan dapat menjadikan mahasiswa tumbuh berkembang menjadi generasi emas yang berkarakter, unggul, kreatif, kritis, produktif, dan inspiratif. Pertanyaanya, apakah guru dan dosen yang dimiliki sekolah dan kampus di seluruh wilayah NKRI sudah hadir sebagai guru dan dosen yang dirindukan oleh peserta didik dan mahasiswa abad xxi era VUCA? Apabila sudah alhamdulillah semoga dapat menjadi teladan dan rujukan. Namun demikian, apabila belum semoga dapat mulai evaluasi diri, adaptif, dan menyesuaikan diri dalam berbagai konteks pembelajaran di kelas maupun di luar kelas secara bertahap untuk menjadi guru dan dosen adaptif era VUCA yang dirindukan peserta didik dan mahasiswanya.
Kedua, kritis terhadap situasi kekinian yang penuh dengan ketidakpastian. Era digital abad xxi penuh dengan aneka perubahan teknologi informais yang begitu pesat. Guru dan dosen abad xxi harus dapat melakukan 5M: (1) mengidentifikasi berbagai situasi yang penuh dengan peluang dan tantangan yang tidak pasti setiap waktu, (2) merencanakan berbagai program kreatif dan inovatif untuk mahasiswa agar dapat memiliki kompetensi hardskill dan softskill secara bertahap dan berkelanjutan, (3) melaksanakan berbagai program pembelajaran berbasis proyek dengan mendasari proses pembelajaran dengan berbagai kasus untuk diamati, dipahami, dan dijadikan sumber belajar berbasis masalah bagi mahasiswa, baik dalam pembelajaran di dalam kelas maupun luar kelas, (4) mengevaluasi berbagai program belajar berbasis kasus dan proyek yang sudah diimplementasikan secara bertahap dan berkelanjutan, (5) menindaklanjuti berbagai kelemahan yang ditemukan dalam pembelajaran yang didasarkan pada hasil riset, proyek, dan kasus-kasus dalam pembelajaran yang terintegrasi dalam berbagai pembelajaran mandiri atau pun kelompok untuk menumbuhkembangkan jiwa mandiri bagai peserta didik dan mahasiswa era VUCA. Dengan 5M tersebut dosen era VUCA akan terus adaptif, kreatid, dan kritis sehingga dapat melakukan inovasi dan kreativitias tiada henti untuk dapat membentuk karakter, integritas, komitmen, dan kemandirian mahasiswa abad xxi sebagai calon pemimpin masa depan dan generasi emas untuk Indonesia tercinta.
Ketiga, memahami secara cerdas dan kreatif situasi kompleksitas yang terjadi era digital. Guru dan dosen era VUCA harus memiliki kepekaaan terhadap kompleksitas situasi, ruang, media, peluang, tantangan, cobaan, ujian, dan segala pernak-pernik yang dihadapi oleh generasi Indonesia saat ini. Kecepatan teknologi yang begitu cepat ke dunia nyata masyarakat tanpa ada persiapan dan pembekalan literasi digital dan informasi yang sehat dan tangguh juga memiliki dampak positif dan negatif yang terus berdampak di seluruh wilayah NKRI. Hal ini tentu dapat dilihat dalam berbagai kasus yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua. Semua kasus-kasus positif dan negatif itu merupakan dampak perkembangan teknologi informasi yang tidak diimbangi dengan penguasan literasi digital yang sehat dan tangguh bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan demikian, guru dan dosen era VUCA harus memiliki bekal dan penguasaan literasi digital yang sehat dan tangguh sebelum mendampingi dan memfasilitasi seluruh peserta didik dan mahasiswanya yang dikelilingi dan digempur setiap detik dengan berbagai kompleksitas situasi yang berdampak psitif dan negatif. Inilah tantangan dan peluang bagi guru dan dosen era VUCA yang juga harus terus mau belajar dan membelajarkan diri utnuk terus berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) berbasis literasi digital setiap saat. Hal ini sebagai upaya untuk dapat menjadi guru dan dosen era VUCA yang tangguh, unggul, kreatif, inovatif, kritis, produktif, dan inspiratif bagi multigenerasi NKRI.
Keempat, guru dan dosen abad xxi harus dapat menjadi fasilitaor, motivator, dan inspirator dalam situasi yang ambigu atau ketidakjelasan & ketidaktentuan. Guru dan dosen era VUCA harus dapat melatih dan mengajak peserta didik dan mahasiswa untuk memiliki ketrampilan abad xxi, yaitu: (1) berpikir kretaif, (2) berpikir kritis, (3) komunikatif, dan (4) kolaboratif. Selain itu peserta didik dan mahasiswa juga harus dibekali dengan penuasaan 6 literasi dasar, yaitu: (1) literasi menulis dan membaca, (2) literasi numerik, (3) literasi digital, (4) literasi keuangan, (5) literasi sains, dan (6) literasi budaya & kewargaan. Dalam rangka memahami dan membaca situasi yang tidak menentu dan terus bergerak sesuai dengan kecepatan dan pergerakan stuaasi kekinian maka guru dan dosen era VUCA harus menanamkan sikap hati-hati dan waspada setiap saat. Guru dan dosen abad xxi harus dapat menunjukkan dan mengajak peserta didik dan mahasiswa abad xxi melatih diri dengan belajar lebih banyak berbagai kasus-kasus yang terjadi dalam berbagai situasi kekinian yang terjadi. Kemudian guru dan dosen mengajak peserta didik dan mahasiswa untuk menyikapi secara kritis berbagai kasus tersebut agar dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk menciptakan ide dan hal baru yang dapat menjadi pilihan dan unggulan dalam perkembangan zaman. Dosen dan mahasiswa harus terus melatih komunikasi secara vertikal dan horisontal agar terlatih dan memiliki strategi komunikasi yang efektif dan solutif. Selain itu, guru dan dosen era VUCA harus terus menanamkan kepada peserta didik dan mahasiswa abad xxi untuk memiliki sikap gotong royong dan kolaboratif dalam berbagai situasi dan kondisi era VUCA untuk membangun supertim yang kuat, tangguh, dan visioner. Dengan demikian, dosen akan dapat hadir sebagai teman, sahabat, fasilitator, motivator, dan inspirator bagi mahasiswanya sepanjang masa.
Guru dan dosen era VUCA merupakan keniscayaan yang harus dimulai saat ini. Kalau tidak saat ini kapan lagi? Apabila bukan guru dan dosen siapa lagi? Apabila tidak disadari dan dimulai sekarang maka akan semakin ditinggalkan oleh mahasiswa dan masyarakat yang terus mengikuti perkembangan dan perubahan zaman. Apalagi gruu dan dosen abad xxi selain mendidik, membimbing peserta didik dan mahasiswa juga sebagai ilmuwan yang harus melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dan dosen era VUCA harus terus bergerak dan menggerakan sayap-sayap kesemestaan yang ada di sekelilingnya sebagai sumber literasi cetak dan digital agar terus dapat ikut menyinari dunia, seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi sepanjang hari, baik tampak maupun tidak tampak oleh manuasia. Akhirnya, marilah kita sebagai guru dan dosen terus belajar dan membelajarkan diri untuk terus bergerak dan menggerakkan peserta didik dan mahasiswa sebagai generasi emas calon pemimpin Indonesia di masa depan. Selain itu, sebagai guru dan dosen era VUCA marilah terus membangun kesadaran penuh untuk melakukan evaluasi diri agar dapat meningkatkan kompetensi secara bertahap dan berkelanjutan agar lebih memantaskan diri untuk disebut sebagai guru dan dosen era VUCA yang dirindukan peserta didik, mahasiswa, dan Masyarakat Indonesia sepanjang hayat.
“Komtimen diri yang dibangun dengan penuh dengan kesadaran untuk mewujudkan mimpi dan imajinasi dalam multikonteks kehidupan merupakan keniscayaan untuk terus diceritakan dan diabadikan kala berliterasi dengan Ratulisa di ufuk senja”
Istana Arfuzh Ratulisa Surakarta, 12 Agustus 2024