Mahasiswa FMIPA UNS Raih Penghargaan dalam GYIS 2024 di Singapura dan Malaysia
Mahasiswa FMIPA UNS Raih Penghargaan dalam GYIS 2024 di Singapura dan Malaysia
GYIS sendiri merupakan program yang berfokus dalam mendorong generasi muda untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) melalui cultural and educational exchange yang sekaligus memfasilitasi para delegasi untuk berkompetisi dalam SDGs Project Presentation. Dalam kompetisi ini, delegasi dibagi menjadi sejumlah kelompok untuk berlomba-lomba menciptakan dan atau mengembangkan inovasi yang dapat menjadi jawaban atas masalah yang berkaitan dengan poin SDGs.
Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa perwakilan UNS yang kerap disapa Sekar tersebut menjadi Ketua Tim dalam pembuatan inovasi penyelesaian SDGs poin ke-7 mengenai Energi Bersih dan Terjangkau serta poin ke-11 tentang Penanganan Perubahan Iklim. Sekar yang terinspirasi oleh Dr. Hashfi Hawali Abdul Matin S.T., M.Ling. mengusulkan pembuatan alat biogas dari sekam padi dan kotoran hewan.
“Sebelumnya saya tertarik untuk mengusulkan inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA), tetapi dari mentor menyarankan membuat inovasi yang lebih terjangkau. Dari situ, saya terinspirasi oleh salah satu dosen Ilmu Lingkungan UNS, Dr. Hashfi Hawali Abdul Matin S.T., M.Ling yang membuat biogas dari sekam padi. Sebagai lanjutan dari inovasi tersebut, saya dan tim juga menambahkan kotoran hewan sebagai bahan biogas. Outputnya berupa alat bernama Sekot Gas (Sekam Padi dan Kotoran untuk Biogas) dimana pembuatannya hanya membutuhkan biaya 133 USD dengan cakupan energi yang dapat bertahan 2 hingga 3 bulan,” jelas Sekar kepada uns.ac.id, Senin (28/10/2024).
Sekar menjelaskan bahwa dirinya dan tim telah mempersiapkan presentasi project sejak Agustus lalu. Ia juga menjelaskan bahwa banyak kendala yang ditemui karena perbedaan domisili antar anggota tim.
“Sebenarnya saya dan tim sudah mempersiapkan presentasi project sejak satu bulan sebelum lomba, sekitar bulan Agustus. Namun tim kami banyak menemukan kendala akibat perbedaan domisili sesama anggota. Latihan dan pengerjaan project juga dilakukan secara daring dan sempat tertunda satu minggu karena kesibukan masing-masing anggota,” tutur Sekar.
Ketika ditanya bagaimana perasaan setelah ditetapkan sebagai Best Presentation SDGs Project dan Best Leader, mahasiswa Prodi Ilmu Lingkungan tersebut mengaku tidak menduga hal tersebut lantaran merasa kurang dengan persiapan dirinya dan tim. Namun Ia juga bersyukur ternyata kerja keras dan kerja sama tim dapat membawakan hasil yang baik.
“Pengalaman ini menjadi satu hal yang tidak bisa saya lupakan. Saya banyak belajar mengenai kerja sama sesama tim, penyelesaian masalah, maupun public speaking untuk presentasi. Dari kesempatan ini saya juga mendapat banyak relasi yang sangat menginspirasi,” tambah Sekar.