News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Difapedia di UMS: Langkah Awal Menuju Layanan Perpustakaan yang Lebih Inklusif

Difapedia di UMS: Langkah Awal Menuju Layanan Perpustakaan yang Lebih Inklusif

 

Difapedia di UMS: Langkah Awal Menuju Layanan Perpustakaan yang Lebih Inklusif

Foto Bersama usai Penutupan Pelatihan

ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)

SURAKARTA– Perpustakaan dan Pusat Layanan Digital Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sukses menggelar Pelatihan Intensif Digital Inklusi Difapedia 2024. Kegiatan ini mendapat apresiasi positif dari peserta, panitia, dan pihak terkait. 

Kepala Bagian Pengelolaan dan Layanan Digital Perpustakaan UMS, Hardika Dwi Hermawan, S.Pd., M.Sc (ITE), mengungkapkan rasa syukur atas kelancaran acara.

“Alhamdulillah, pelatihannya berjalan dengan baik dan lancar. Setiap kelas juga telah kami mintakan testimoni dari peserta, dan mereka merasa senang, puas, serta mendapat manfaat besar dari pelatihan ini. Ke depannya, kami akan memantau perkembangan peserta selama dua bulan mendatang,” ujar Hardika Minggu, (24/11).

Dalam tahap pendampingan pasca-pelatihan, pihak panitia akan memilih peserta teraktif dari setiap kelas untuk menjadi class leader atau penggerak kelas. Hardika menjelaskan bahwa hal ini bertujuan agar peserta aktif dapat membantu menghidupkan interaksi dan motivasi di antara peserta lainnya.

“Penggerak kelas ini nantinya akan membantu mengaktifkan teman-teman lain di kelas mereka. Ini menjadi salah satu cara kami untuk memastikan manfaat pelatihan bisa terus dirasakan,” tambahnya.

Difapedia mengapresiasi responsivitas dan keaktifan tim penyelenggara dari UMS. Hardika menyebut bahwa tim dari UMS bahkan diminta untuk membantu pelaksanaan pelatihan secara daring di lokasi berikutnya, yakni Bandung.

“Alhamdulillah, Difapedia menilai tim UMS ini paling aktif dan responsif. Ini tentu berkat kerja sama yang baik antara tim duta perpustakaan dan teman-teman dari DesaMind Indonesia. Kami sangat bersyukur bisa menyelenggarakan kegiatan ini dengan sukses,” ungkapnya.

Sebagai bagian dari upaya inklusivitas, Perpustakaan UMS juga melakukan survei kepuasan layanan terhadap para peserta. Meskipun hasilnya belum sepenuhnya dievaluasi, Hardika mengakui bahwa beberapa fasilitas dasar untuk penyandang disabilitas masih perlu ditingkatkan.

“Beberapa layanan dasar sudah cukup membantu, tapi kami menyadari ada yang perlu ditingkatkan, seperti akses ke toilet ramah difabel atau fasilitas lift untuk ke lantai dua dan seterusnya. Ini menjadi komitmen kami untuk berkolaborasi dengan Pusat Studi Disabilitas UMS agar layanan kami benar-benar ramah untuk semua pengguna, termasuk teman-teman difabel,” ujarnya.

Hardika berharap bahwa pelatihan ini menjadi langkah awal menuju kegiatan dan kolaborasi yang lebih besar. Selain itu, ia menekankan pentingnya memperkuat komitmen untuk menyediakan layanan inklusif di UMS.

“Semoga pelatihan ini tidak hanya memberi manfaat bagi peserta, tetapi juga menjadi dorongan bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas layanan perpustakaan, khususnya dalam mendukung inklusivitas bagi teman-teman disabilitas,” tutupnya.

Sekretaris Proyek Pelatihan Intensif Digital Inklusi, Ika Aliftiani, menyebut bahwa pelatihan di Solo ini merupakan kelanjutan dari batch pertama yang sebelumnya diadakan di Yogyakarta dan Purbalingga. 

“Di Solo ini kita sudah selesai pelatihannya, tinggal pendampingan dua bulan ke depan. Sementara untuk lokasi lain, seperti Bandung, pelatihannya baru akan dimulai,” jelasnya.

Ika mengungkapkan bahwa pemilihan UMS sebagai salah satu lokasi bukan tanpa alasan. Selain aksesibilitas kampus yang cukup memadai, adanya hubungan baik antara pihak Difapedia dengan UMS turut menjadi faktor penentu. 

Menurut Ika, pelaksanaan di UMS dinilai memiliki perkembangan paling signifikan dibandingkan lokasi-lokasi sebelumnya. 

“Di sini, persiapan dan kinerja panitia serta pihak UMS sangat baik. Kolaborasinya matang sehingga hasilnya pun maksimal,” ujarnya.

Ika juga menyoroti hubungan yang terjalin antara panitia, pemateri, dan peserta.

 “Interaksi mereka sangat baik. Pemateri pun cukup aktif, bahkan mengizinkan peserta untuk bertanya lebih lanjut di grup jika ada kendala setelah pelatihan selesai. Ini jadi nilai tambah bagi kegiatan kami,” tambahnya.

Ika berharap, kesuksesan pelatihan di Solo ini bisa membuka jalan untuk kolaborasi lebih lanjut dengan berbagai pihak.

 “Semoga kerja sama ini bisa berlanjut ke kegiatan-kegiatan lain. Selain itu, komunikasi yang sudah terjalin antara panitia, peserta, dan pemateri juga dapat terus diperkuat,” tutupnya. (Fika/Humas)

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.