Kolom Prof Rohmadi, S.S. M.Hum : Guru & Dosen Kreatif Harus Bangkit sebagai Teladan Era Digital
Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa
"Kawan, berniat, bergerak, bersilaturahmi, bermitra, dan beraksi untuk memajukan dan mencerdakan seluruh masyarakat NKRI"
Pendidikan harus mampu memberikan dampak yang nyata bagi seluruh masyarakat NKRI. Berpikir kreatif dan kritis menjadi kunci utama untuk dapat menjadi guru dan dosen yang terus bergerak, berinovasi, dan berdampak. Kreatif bukan sebuah bakat tetapi keinginan untuk berbuat dan terus menghasilkan kreasi baru dengan semangat dan inisiatif dalam segala situasi. Oleh karena itu, guru kreatif sangat dinantikan dan dirindukan kehadirannya oleh kids zaman now.
Semangat dan kreativitas guru dan dosen yang melek teknologi dan informasi era digital sangat dirindukan oleh para peserta didik era digital. Pemanfaatan aspek-aspek teknologi menjadi salah satu bagian penting perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang bagi seorang guru dan dosen kreatif di sekolah dan kampus. Komitmen untuk melaksanakan rencana inovatifnya di dalam dan luar kelas dengan diikuti aspek penilaian yang kreatif dan evaluasi yang berkelanjutan sangat diidamkan untuk menghasilkan generasi mileneial yang cerdas, berkarakter, unggul, kreatif, dan berbudaya. Sikap dan perilaku generasi milenial sangat ditentukan peran penting guru dan dosen kreatif, inovatif, dan produktif era digital.
Guru dan dosen abad xxi harus dapat digugu dan ditiru untuk bangkit menjadi teladan bagi multigenerasi NKRI. Komitmen nilai karakter keteladanan ini tidak terbantahkan. Pertanyaannya, masihkan keteladanan itu dapat ditemukan oleh anak-anak generasi milenial dan gen-Z era digital sekarang ini. Sekarang ini dengan kemudahan akses teknologi, generasi mileneial disajikan perhelatan yang seolah-olah memberikan ruang pikiran dan rasa bagi mereka, yakni film “Dilan”, baik pada layer lebar atau media digital. Film ini telah membuka mata dan pikiran bagaimana sikap seorang guru dan dosen untuk dapat mendidik anak-anak di sekolah dan mahasiswa di kampus sehingga dapat terwujud keteladan guru & dosen abad xxi agar menjadi anak yang berkarakter. Meskipun ada sisi-sisi lain yang juga memberikan dampak yang kurang baik. Namun demikian apresiasi positif bagi para sineas Indonesia untuk menanamkan nilai karakter bagi generasi muda Indonesia melalui film dan media lainnya.
Zaman sudah berubah. Sekarang memasuki era digital yang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan individu, sosial, dan religius setiap generasi yang sering menyebut dengan kids zaman now. Coba dilihat dan direnungkan sejenak anak-anak TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK yang melakukan aktivitas belajar & pembelajaran di sekolah dan luar sekolah. Kondisi mereka di sekolah, di rumah, dan lingkungan masyarakat saat ini sudah berbeda jauh dengan anak-anak sekolah era delapan dan sembilan puluhan atau sebelumnya. Hal ini memang tidak dapat dihindari akibat perkembangan zaman yang terus diikuti oleh perubahan situasi dan teknologi informasi yang tidak terbendung lagi. Pertanyannya sekarang bagaimanakah guru dan dosen era digital dapat membimbing dan mengarahkan anak-anak zaman now sehingga dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal dan terarah. Dengan demikian para siswa dapat menguasai teknologi dan tidak terjadi sebaliknya mereka yang dikuasai teknologi secara terus-menerus dalam berbagai konteks kehidupan.
Mengubah Mindset Guru dan Dosen Era Digital
Guru dan dosen era digital bukan sekadar datang ke sekolah dengan berbekal bulpen di saku tetapi harus sudah siap degan bahan, media, dan model pembelajaran inovatif berbasis media digital. Kemudian di sekolah melakukan aktivitas rutin tanda tangan kehadiran, mengajar di kelas dengan buku paket atau modul pembelajaran yang tidak jauh dari era-LKS zaman dulu lengkap dengan kunci jawaban pesanan dari penerbit atau distributor LKS. Itu sudah tidak zaman lagi. Buku paket menjadi kewajiban dipegang dan dibaca di kelas tanpa ada pemahaman dan kajian mendalam untuk menelusuri terminologi literasi informasi dan pengetahuan yang berkelanjutan bagi siswa. Guru dan dosen era digital harus mau dan wajib mengubah cara berpikir dalam proses belajar mengajar secara berkelanjutan bagi peserta didik dan mahasiswa era digital.
Komitmen untuk menjadi guru dan dosen profesional, melek teknologi harus diwujudkan bukan sekadar janji-janji profesional, kreatif, dan inovatif seperti saat mengikuti diklat dan pearteching saat PLPG/PPG untuk mendapatkan sertifikat pendidik dan memperoleh tunjangan sertifikasi setiap bulan. Kompetensi profesional, paedagogig, sosial, dan kepribadian harus menjadi landasan dasar untuk mewujudkan mimpi besar seorang guru kreatif era digital. Perubahan mindset guru tradisional menjadi guru dan dosen kreatif & inovatif era digital tidak dapat malik grembyang. Guru dan dosen harus betul-betul berniat untuk berubah pola pikir, semangat, kreativitas, dan upaya pengembangan diri secara bertahap dan terencana secara periodik. Dengan demikian, upaya ini akan dapat terwujud mindset guru & dosen kreatif era digital yang memiliki semangat baru dan melek teknologi infomasi era digital.
Perkembangan teknologi informasi sudah memasuki ke seluruh pelosok negeri. Hampir setiap guru, dosen, peserta didik, dan mahasiswa sekarang sudah mengenal teknologi dan memiliki medianya. Namun demikian kecepatan untuk memanfaatkan teknologi ternyata lebih cepat para siswanya dibandingkan gurunya. Hal ini harus dapat perhatian bahwa guru era digital harus melek teknologi informasi agar dapat memahami literasi informasi dan pengetahuan secara mendalam. Selain itu, para guru dan dosen kreatif era digital harus dapat mengimbangi kemampuan hardskill dan softskill para peserta didik dan mahasiswa yang memasuki era digital.
Upaya yang harus dilakukan oleh para guru dan dosen abad xxi adalah berusaha, berlatih, memahami, dan secara aktif mengembangkan diri untuk mewujudkan visi menjadi guru dan dosen abad xx yang kreatif, melek teknologi informasi era digital. Pemanfaatan gawai bukan sekadar untuk swafoto, update status, facebook, twiter, instagram, line, whatsap, tiktok, dan segala kegiatan media sosial rutinitas untuk menyapa teman-teman waktu TK, SD, SMP, SMA, dan bahkan kuliah dahulu. Pemanfaatan gawai harus dimaksimalkan untuk dapat menjadi sumber belajar dan informasi berbasis teknologi sesuai namanya smartphone. Oleh karena itu, guru dan dosen era digital harus bangkit secara nasional agar dapat menyesuaikan diri juga menjadi guru dan dosen yang smart untuk mengimbangi para peserta didik dan mahasiswa yang smart juga era digital. Dengan demikian, upaya untuk terus menumbuhkembangakan cara berpikir kreatif, kritis, kolaboratif, dan komunikatif sebagai kecakapan keterampilan abad xxi harus dimiliki oleh seluruh guru, dosen, dan mahaiswa di Indoensia agar menjadi guru dan dosen yang dirindukan umat sepanjang hayat. Oleh karen aitu, marilah kita semua bergerak untuk menjadi Guru & Dosen Kreatif Harus Bangkit sebagai Teladan Era Digital.
“Bergerak dan menggerakkan sayap-sayap kesemestaan akan membuka ruang berpikir, berdiskusi, berdialog, dan berliterasi dengan ratulisa sepanjang masa”
FKIP UNRAM LOMBOK, NTB, 17 Mei 2025