Mahasantri Pondok Shabran UMS Jadi Garda Depan Dakwah Inklusif bagi Komunitas Disabilitas
Mahasantri Pondok Shabran UMS Jadi Garda Depan Dakwah Inklusif bagi Komunitas Disabilitas
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)
SURAKARTA - Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar kegiatan pembinaan keagamaan bagi Komunitas Disabilitas di kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Kegiatan ini menjadi bukti komitmen dakwah Muhammadiyah yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik, dengan penuh empati dan semangat persaudaraan.
Najihus Salam, S.Ag., mahasantri Pengabdian Pondok Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ditugaskan sebagai dai LDK PP Muhammadiyah. Selama bertugas, Najihus Salam menyampaikan pesan-pesan motivasi keagamaan dengan pendekatan yang ramah, membangun, dan menyentuh hati para peserta.
“Setiap manusia memiliki kelebihan dan perannya masing-masing dalam kehidupan ini. Jangan pernah merasa kecil karena keterbatasan fisik. Allah menilai kita dari ketakwaan dan usaha, bukan dari kondisi tubuh,” ungkap Najihus Salam saat diwawancarai, Senin (19/5).
Menurutnya, setiap orang adalah bagian dari ciptaan Allah yang sempurna dengan cara-Nya masing-masing. Dia mengajak anggota komunitas untuk terus melangkah, berbuat baik, dan jadikan hidup ini sebagai ladang amal.
Kehadiran Najihus Salam sebagai mahasantri pengabdian mencerminkan peran aktif kalangan muda, khususnya alumni Pondok Shabran UMS, dalam menjalankan dakwah yang membumi dan menjangkau masyarakat yang sering terpinggirkan. Dakwah yang dibawanya tidak hanya menyentuh aspek spiritual, tetapi juga sosial dan kemanusiaan.
Dalam kesempatan yang sama, Miqdam Awwali Hashri, S.E., M.Si., anggota LDK PP Muhammadiyah, juga memperkenalkan konsep Dakwah Komunitas Muhammadiyah, yang mengedepankan pendekatan terbuka dan non-eksklusif.
“Dakwah semestinya hadir di tengah-tengah masyarakat, termasuk saudara-saudara kita penyandang disabilitas. Inilah wujud Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Kita tidak cukup berdakwah dari atas mimbar, tetapi juga perlu turun langsung, mendengar, merangkul, dan membersamai mereka,” ujar Miqdam.
Komunitas Disabilitas Ibune Winsar yang menjadi lokasi kegiatan merupakan wadah inklusif yang terbuka bagi penyandang disabilitas dari berbagai latar belakang agama. Tidak hanya bagi umat Islam, komunitas ini juga menjadi tempat bernaung bagi anggota lintas keyakinan. Semangat kebersamaan dan toleransi menjadi nilai utama dalam komunitas ini, menciptakan ruang yang aman untuk belajar, bertumbuh, dan saling mendukung.
Ketua Yayasan Bina Insani Winsar, Dwi Handayatun, mengungkapkan rasa syukur dan apresiasi atas perhatian LDK PP Muhammadiyah. Ia menegaskan bahwa semua pendamping dan pembina dalam komunitas tersebut adalah relawan murni yang bekerja dengan ketulusan.
“Kami semua adalah relawan tanpa bayaran. Kami mengabdi dengan hati, demi mendukung kemandirian dan pemberdayaan teman-teman disabilitas, apapun latar belakang agama mereka,” ujar Dwi dengan penuh haru.
Acara ditutup dengan penampilan tarian dari anak-anak komunitas disabilitas. Pertunjukan ini menjadi simbol bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk berkarya, mengekspresikan diri, dan bersyukur atas kehidupan.
Kegiatan ini menjadi potret nyata bahwa Mahasantri Pengabdian Pondok Shabran UMS, melalui peran mereka di LDK PP Muhammadiyah, tidak hanya menyampaikan dakwah lisan, tetapi juga hadir dengan aksi nyata yang memuliakan kemanusiaan. Inilah dakwah yang membebaskan, merangkul, dan memperkuat nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin. (Fika/Humas)