Rangkaian Dies Natalis ke-49, UNS Gelar Pagelaran Wayang Kulit “Pandhawa Mranata Bawana”
Rangkaian Dies Natalis ke-49, UNS Gelar Pagelaran Wayang Kulit
“Pandhawa Mranata Bawana”
Pagelaran ini dimulai dengan sajian Tari Bedhaya Sebelas Maret, sebuah tarian khas UNS yang diciptakan pada tahun 2016. Ditarikan oleh 11 penari dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badan Koordinasi Kesenian Tradisional (BKKT) UNS. Tarian ini diiringi gending garapan khusus, yang mencerminkan rasa syukur dan semangat pelestarian budaya oleh keluarga besar UNS. Kelompok Karawitan Sekar Rinonce dari Dharma Wanita Persatuan (DWP) UNS turut mempersembahkan penampilan dan memeriahkan acara.
Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si., Rektor UNS mengungkapkan bahwa pagelaran ini menjadi salah satu bentuk untuk melestarikan, mengembangkan, dan merealisasikan visi UNS yang mengangkat nilai-nilai budaya nasional, khususnya budaya Jawa. UNS tidak hanya memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga menjadikan seni sebagai bagian dari semangat perjuangan UNS dalam membangun karakter bangsa Indonesia.
Rektor UNS tersebut juga menyampaikan harapan agar pagelaran ini menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai luhur yang diusung oleh lakon wayang kulit.
“Lakon ‘Pandhawa Mranata Bawana’ mengajarkan kita untuk sabar, tekun, dan bertanggung jawab dalam menggapai cita-cita luhur demi kesejahteraan manusia. Semoga UNS terus berkontribusi sebagai agen perubahan dan pelestarian budaya bangsa,” ujar Prof. Hartono.
Dalam sambutannya yang diwakili oleh perwakilan pemerintah Kota Surakarta, Wali Kota, Respati Achmad Ardianto, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif UNS dalam melestarikan budaya Jawa.
“Wayang adalah warisan yang mengajarkan filosofi hidup, kebijaksanaan, dan identitas bangsa. Saya sangat mengapresiasi komitmen UNS yang sejalan dengan visi Surakarta sebagai Kota Budaya dan mendukung status kota ini sebagai bagian dari UNESCO Creative Cities dalam bidang seni rakyat dan kerajinan,” tuturnya.
Wali Kota Surakarta tersebut turut menyampaikan, “Saya berharap diusia ke-49 ini UNS semakin berperan sebagai agen perubahan dan pelestarian nilai luhur budaya bangsa. Mari terus bergandeng tangan antara pemerintah, akademisi dan masyarakat demi kemajuan kota Solo yang berbudaya, berdaya saing, dan berkepribadian,” tambahnya.
Wayang kulit dengan lakon ‘Pandhawa Mranata Bawana’ sendiri menceritakan perjuangan Pandhawa dalam melawan keserakahan Prabu Jarasandra yang ingin mempersembahkan 100 raja kepada Dewa Kalaludra. Dengan menyamar sebagai Brahmana, Pandhawa berhasil menghentikan niat jahat tersebut, membebaskan para raja, dan membawa kedamaian bagi dunia.
Pesan moral dari kisah ini adalah pentingnya kesabaran, kerja keras, dan komitmen untuk mewujudkan cita-cita luhur yang membawa kebaikan bagi sesama.
Acara berlangsung lancar hingga penghujung malam, meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh penonton, baik yang hadir langsung maupun menyaksikan secara daring.