Kolom Herwindya : MUHAMMADIYAH TERKINI: POTRET ISLAM BERKEMAJUAN
MUHAMMADIYAH TERKINI: POTRET ISLAM BERKEMAJUAN
Sri Herwindya Baskara Wijaya
Peneliti dan Ketua Research Group Kajian dan Terapan Komunikasi Universitas Sebelas Maret (RG KTK UNS)
Pemerhati masalah sosial, politik, dan keagamaan
dan
Iman Sumarlan
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta
Anggota Majelis Kader dan Pembinaan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)
Alhamdulillah wa syukurillah, Persyarikatan Muhammadiyah, gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, telah berumur lebih dari 1 abad, tepatnya saat ini sedang menapaki usia 112 tahun sejak berdiri pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah). Hal ini tentunya patut disyukuri mengingat tidak banyak organisasi di dunia yang mampu bertahan dan makin eksis hingga berumur lebih dari 100 tahun. Muhammadiyah, tidak hanya terbukti tetap dan mampu bertahan lebih dari 100 tahun, namun juga terbukti mampu berkembang di tengah arus perkembangan zaman yang kian kompleks dan kompetitif. Muhammadiyah terbukti mampu melewati tiap episode bentang drama sejarah nasional maupun global dari buramnya penjajahan era kolonialisme Belanda hingga rumitnya konstalasi politik era Perang Dingin.
Data dari muhammadiyah.or.id per 11 November 2023 menyebutkan secara nasional Muhammadiyah memiliki 35 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), 475 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), 3.947 Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), 14.670 Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan 31 Unit Pengembangan Pesantren (UPP). Sementara untuk amal usaha Muhammadiyah (AUM), Muhammadiyah memiliki 272 perguruan tinggi (83 universitas, 53 sekolah tinggi, dan 36 lainnya), 122 rumah sakit (dengan 20 rumah sakit dalam proses pembangunan), 231 klinik, dan 5.354 sekolah/madrasah. Selain itu, Muhammadiyah mengelola aset wakaf yang terdiri dari 20.465 lokasi dengan total luas tanah mencapai 214.742.677 m², 1.012 amal usaha sosial, dan 440 PesantrenMu. Jumlah ini belum termasuk 300 Baitut Tamkwil Muhammadiyah (BTM) sebagaimana yang dicatat oleh bisnis.com, 4 Juli 2024.
Maka, tidak mengherankan jika tidak sedikit pihak yang melabeli Muhammadiyah sebagai gerakan Islam terkaya di Indonesia, bahkan di Dunia Islam. Bahkan menurut laporan riset dari Seasia Stats (platform media sosial yang fokus pada data dan riset, terutama di Asia Tenggara), 19 Maret 2025, Muhammadiyah tercatat memiliki estimasi aset mencapai Rp 460 triliun dan menempatkannya sebagai organisasi keagamaan terkaya keempat di dunia. Secara berurutan, 10 organisasi keagamaan dengan estimasi kekayaan terbesar di dunia versi Seasia Stats (2025) adalah The Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints (Amerika Serikat, Rp 4.305 triliun), Catholic Church in Germany (Jerman, Rp 767 - 4.315 triliun), Tirumala Tirupati Devasthanams (TTD) (India, Rp 505,41 triliun), Muhammadiyah (Indonesia, Rp 454,24 triliun), Catholic Church in Australia (Australia, Rp 377,72 triliun), Catholic Church in France (Perancis, Rp 373,66 triliun), Seventh-day Adventist Church (Amerika Serikat, Rp 253,44 triliun), Church of England (Inggris, Rp 224,84 triliun), Church of Sweden (Swedia, Rp 185,37 triliun), Trinity Church (Amerika Serikat, Rp 97,48 trilun).
Menanggapi laporan riset Seasia Stats tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Profesor Haedar Nashir menegaskan bahwa keberadaan aset yang besar bukanlah tujuan utama Muhammadiyah. Lebih dari itu, yang terpenting Muhammadiyah terus berkiprah untuk mencerdaskan, menyejahterakan, dan memajukan masyarakat bangsa. Kapitalisasi aset yang sedang dilakukan oleh Muhammadiyah bukan bertujuan untuk mengejar keuntungan finansial semata, tetapi untuk memperkuat kontribusi nyata bagi umat dan bangsa. “Soal posisi nomor empat dunia, Alhamdulillah, itu penghargaan dari pihak luar terhadap Muhammadiyah. Memang aset Muhammadiyah besar, tapi kita tidak boleh larut dalam angka. Yang lebih penting adalah bagaimana aset ini dikelola untuk maslahat umat,” ujar Profesor Haedar Nashir dalam silaturahmi bersama media di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa 25 Maret 2025 (maklumat.id, 27/3/25).
Citra Organisasi
Dari sisi jumlah pengikut, berdasarkan laporan data dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) tahun 2019, jumlah anggota Muhammadiyah diperkirakan mencapai 60 juta orang (CNBC, 30/3/25). Demikian halnya dengan citra Muhammadiyah, setidaknya hasil jajak pendapat Litbang Kompas (21-23 Oktober 2024, 540 responden, 38 provinsi, tingkat kepercayaan 95%, margin of error penelitian ±4,21%) menunjukkan temuan bahwa secara umum responden memandang sangat positif terhadap citra Muhammadiyah yakni 91%, dengan rincian jawaban responden: sangat baik (16,7%), baik (74,3%), buruk (2,1%), sangat buruk (0,5%), tidak tahu (6,4%). Jajak tersebut juga mencatat pandangan responden pada empat aspek utama yang diperankan oleh Muhammadiyah, yakni mengawal pembangunan bangsa, menjaga kerukunan umat beragama, memajukan dunia pendidikan Indonesia serta memajukan dunia kesehatan Indonesia.
Pada aspek mengawal pembangunan bangsa, mayoritas responden menilai peran dan kontribusi besar dari Muhammadiyah yakni sebesar 70,1%, dengan rincian jawaban responden: sangat besar (28,8%), besar (41,3%), sedikit (14%), sangat sedikit (2,9%), dan tidak tahu (13%). Pada aspek menjaga kerukunan umat beragama, mayoritas responden juga memandang peran dan kontribusi besar dari Muhammadiyah yakni sebesar 81,6%, dengan rincian jawaban responden: sangat besar (36,1%), besar (45,5%), sedikit (11,8%), sangat sedikit (2,2%), dan tidak tahu (4,4%). Demikian halnya pada aspek memajukan dunia pendidikan, mayoritas responden menilai peran dan kontribusi besar dari Muhammadiyah yakni sebesar 79,5%, dengan rincian jawaban responden: sangat besar (32,6%), besar (46,9%), sedikit (12,3%), sangat sedikit (1,7%), dan tidak tahu (6,5%). Sementara pada aspek memajukan dunia kesehatan, mayoritas responden juga memandang peran dan kontribusi besar dari Muhammadiyah yakni sebesar 67,2%, dengan rincian jawaban responden: sangat besar (23,5%), besar (43,7%), sedikit (21,9%), sangat sedikit (3%), dan tidak tahu (7,9%).
Jajak pendapat Litbang Kompas terkait secara spesifik juga mencatat pandangan responden tentang seberapa netral posisi Muhammadiyah selama tahun kontestasi politik 2024, yakni netral (73%), tidak netral (13,3%), sangat tidak netral (1%), dan tidak tahu (12,7%). Jajak pendapat terkait juga memotret harapan responden terhadap Muhammadiyah ke depannya, antara lain agar Muhammadiyah tetap senantiasa terlibat dalam menjaga toleransi beragama (39,8%), ikut menyuarakan kepentingan masyarakat umum (28,4%), memajukan dunia pendidikan di Indonesia (18,2%), ikut mengawasi jalannya pemerintahan (5,3%), memajukan kualitas pelayanan di Indonesia (3,5%), menjawab tidak ada (0,1%) dan menjawab tidak tahu (4,7%).
Internasionalisasi
Bagaimana dengan posisi Muhammadiyah di panggung internasional saat ini ? Sejauh pandangan penulis, setidaknya saat ini ada delapan hal yang menjadi penanda eksistensi, peran dan citra Muhammadiyah di panggung global. Pertama, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM). PCIM adalah sayap dakwah Muhammadiyah di luar negeri yang memiliki peran memperluas kehadiran Muhammadiyah, membangun jejaring di dunia serta ikut berkontribusi dalam misi kemanusiaan global. Saat ini, catatan dari Wikipedia (26/5/25), menyebut PCIM telah tersebar di 30 negara, antara lain PCIM Mesir, PCIM Iran, PCIM Sudan, PCIM Belanda, PCIM Jerman, PCIM Inggris, PCIM Libya, PCIM Malaysia, PCIM Perancis, PCIM Amerika Serikat, PCIM Jepang, PCIM Pakistan, PCIM Australia, PCIM Rusia, PCIM Taiwan, PCIM Tunisia, PCIM Turki, PCIM Tiongkok, PCIM Korea Selatan, PCIM Arab Saudi, PCIM India, PCIM Maroko, PCIM Yordania, PCIM Yaman, PCIM Spanyol, PCIM Hongaria, PCIM Thailand, PCIM Kuwait, PCIM New Zealand, PCIM Irak, dan PCIM Timor Leste.
Kedua, Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM). PRIM adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat desa yang berada di luar negeri. PRIM merupakan ujung tombak gerakan dakwah Muhammadiyah sekaligus sebagai basis riil keumatan organisasi di mancanegara. Saat ini, setidaknya jumlah PRIM mencapai 55 ranting dan tersebar di 11 negara yakni Australia (PRIM Sydney, PRIM New South Wales, PRIM Adelaide, PRIM Brisbane), Malaysia (PRIM Kepong, PRIM Kampung Baru, PRIM Klang Lama, PRIM Pulau Pinang, PRIM Kuala Lumpur), Tiongkok (PRIM Beijing, PRIM Nanjing, PRIM Wuhan, PRIM Shanghai, PRIM Hangzhou, PRIM Chongqin, PRIM Changchun, PRIM Harbin, PRIM Kungmin, PRIM Xi’an, PRIM Fuzhou, PRIM Nanning).
Selain itu, PRIM juga berdiri di Taiwan (PRIM Taiwan Utara, PRIM Taiwan Selatan), Jepang (PRIM Kansai, PRIM Chiba, PRIM Fukuoka, PRIM Hiroshima), Yaman (PRIM Mukala, PRIM Tarim), Turki (PRIM Istanbul, PRIM Ankara, PRIM Konya, PRIM Kayseri, PRIM Sakarya, PRIM Kutahya, PRIM Sivas, PRIM Kirklareli), Jerman Raya (PRIM Austria, PRIM Polandia, PRIM Luxemburg, PRIM Liechteinstein, PRIM Swiss), Rusia (PRIM Perm Krai, PRIM Moscow, PRIM Ulyanovsk, PRIM Nizhny Novgorod, PRIM Samara, PRIM Tyumen, PRIM Leningrad Oblast), Sudan (PRIM Khartoum) (Wikipedia, 26/5/25), Arab Saudi (PRIM Riyadh, PRIM Mekkah, PRIM Qassim, PRIM Thaif, PRIM Tabuk) (muhammadiyah.id, 2022).
Ketiga, Sister Organization Muhammadiyah (SOM). SOM merupakan organisasi keagamaan yang memiliki nama, logo, bendera, dan karakteristik yang sama dengan ideologi Muhammadiyah, tetapi didirikan dan dikelola oleh warga negara setempat serta berbadan hukum mengikuti negara setempat. Hal ini membedakan dengan PCIM yang didirikan di luar negeri, dikelola oleh warga negara Indonesia (WNI), Surat Keputusan (SK) dan badan hukumnya langsung dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. SOM juga bisa menjadi semacam alternatif bagi warga negara asing yang ingin bergabung dengan Muhammadiyah namun terbentur oleh AD/ART Muhammadiyah yang belum mengatur soal keanggotaan dari warga negara asing (WNA). Mengutip situs muhammadiyah.id (27/6/24), saat ini setidaknya terdapat tujuh SOM yang tersebar di sejumlah negara yakni di Singapura, Malaysia, Kamboja, Thailand, Timor Leste, Vietnam, dan Mauritius.
Misi Global
Keempat, Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM). Tapak Suci adalah organisasi otonom ke-11 Muhammadiyah yang bergerak pada ranah beladiri pencak silat. Tapak Suci resmi berdiri pada 31 Juli 1963 (10 Rabiul Awal 1383 H) di Kauman, Yogyakarta oleh Pendekar Besar Mohammad Barrie Irsyad dan merupakan gabungan tiga perguruan pencak silat sealiran yakni Cikauman, Seranoman dan Kasegu. Cikal bakal keilmuan Tapak Suci sebenarnya dimulai tahun 1800-an oleh K.H.R. Busyro Syuhada, pengasuh Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara, Jawa Tengah dan secara geneologis masih termasuk canggah (generasi ke-4) dari Pangeran Diponegoro, salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Diantara santrinya adalah Soedirman, yang kemudian menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) (suaramuhammadiyah.id, 31/7/21). Tapak Suci tercatat sebagai anggota dari Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sekaligus salah satu dari 10 perguruan silat historis IPSI yakni organisasi silat yang ikut mendukung tumbuh kembang IPSI (berdiri 18 Mei 1948).
Tapak Suci berasaskan Islam, bersumber pada Al Qur'an dan As-Sunnah, serta berjiwa persaudaraan. Dengan motto “Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan akhlak saya menjadi lemah”, saat ini, jumlah anggota Tapak Suci lebih dari 3 juta anggota yang tersebar di 22 negara, antara lain Indonesia, Aljazair, Timor Leste, Singapura, Mesir, Thailand, Pakistan, Uganda, Palestina, Malaysia, Jerman, Belanda, Austria, Perancis, Taiwan, Brunei Darussalam, Lebanon, Suriah, Libya, Sudan, Jepang, Yaman. Tidak hanya sebagai sarana dakwah global, Tapak Suci di luar negeri adalah media pengenal yang efektif atas profil organisasi Muhammadiyah sekaligus sebagai alat promosi yang strategis atas pencak silat sebagai budaya adiluhung bangsa Indonesia dan Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage Lists) dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) tahun 2019.
Kelima, misi kemanusiaan. Muhammadiyah tercatat sebagai salah satu organisasi yang aktif dalam misi kemanusiaan internasional. Ini dapat dibuktikan dari keterlibatan Muhammadiyah dalam permanent consultative member of ECOSOC (Economic and Social Council) - salah satu badan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi bidang ekonomi dan sosial. Melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Muhammadiyah juga tercatat sebagai anggota Central Emergency Response Fund (CERF) Advisory Group United Nations yang bermarkas di Amerika Serikat. Muhammadiyah juga menjalin kerjasama kemitraan kemanusiaan global dengan beberapa lembaga internasional seperti United States Agency for International Development (USAID), World Healthy Organization (WHO), Australia Agency for International Development (AusAID), Muslim Aid, United Nations Children's Fund (UNICEF), Bill & Melinda Gate, Sant’Egidio, Asian Muslim Charity Foundation (AMCF), dan lain sebagainya.
Muhammadiyah juga menjadi anggota International Contact Group (ICG) untuk proses perdamaian di Filipina (Mindanao), penyelesaian konflik di Afrika Tengah, dan kerja sama dengan Southern Border Authority (SBA) di Thailand (Pattani, Yala, Narathiwat). Muhammadiyah juga banyak mengirimkan bantuan tenaga medis dokter dan para medis, pendampingan psikologis dan pendidikan, bantuan donasi dana hingga bantuan pangan, pakaian dan obat-obatan untuk para korban konflik di Palestina, Filipina, Lebanon, Turkiye, Sudan, Kenya, Suriah, Myanmar (Rohingnya), Afganistan, Pakistan hingga Bangladesh (Wijaya, 2025).
Dialog Global
Keenam, misi dialog lintas peradaban dan lintas agama. Muhammadiyah tercatat aktif dalam berbagai dialog lintas peradaban dan lintas iman di berbagai forum global, sebut saja Jakarta-Vatikan Declaration di Indonesia (2024), Sant’Egidio International Forum (SIF) di Paris (2024), Russia-Islamic World Strategic Vision Group Meeting di Rusia (2024), Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) di Jerman (2023), International Network In Engage Buddhist (INEB) di Thailand (2023), International Meeting for Peace Religions and Cultures in Dialog di Jerman (2023), World Peace Forum (WPF) di Indonesia (2022), Faith and Science: An Appeal for COP26 di Vatikan (2021), King Abdullah bin Abdulaziz International Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) di Austria (2019), Human Fraternity Document di Uni Emirat Arab (2019), World Peace, Interfaith and Intrafaith Dialogue di Bangladesh (2018), Human Brotherhood Meeting Forum di Italia (2018), Asian Committee on Religions for Peace (ACRP) di Indonesia (2013), World Interfaith Harmony Week 2012 (WIHW 2012) di Amerika Serikat (2012), World Conference on Religions for Peace (WCRP) di Jepang (2006) dan lainnya.
Muhammadiyah juga terkonfirmasi terlibat aktif dalam berbagai dialog global persaudaraan muslim (ukhuwah Islamiyah). Misalnya Intra-Islam Dialogue di Bahrain (2025), Global Conference on Women’s Rights in Islam (GCWRI) di Indonesia (2024), International Muktamar of Hidayatu al-Quran fi Bina’ al-Insan di Arab Saudi (2024), Abu Dhabi Forum for Peace di Uni Emirat Arab (2024), International Union of Muslim Scholars (IUMS) di Qatar (2024), International Conference Women in Islam: Status and Empowerment di Arab Saudi (2023), International Conference of Al-Suluk al-Hadhari, Wa’yun, Fi’lun, Ta’ayusy di Aljazair (2023), Islamic Unification International Conference di Iran (2023), The First International Conference on Religious Extremism: The Intellectual Premises and Counter Strategies di Mesir (2022), International Conference of Renewal of Islamic Thought di Mesir (2020), High Level Consultation of World Muslim Scholars On Wasatiyat Islam (HLC-WMS) di Indonesia (2018), International Conference on the Unification of The Islamic Calendar di Turki (2016), Amman Message di Yordania (2004) dan lainnya.
Ketujuh, misi pendidikan. Tidak hanya di Indonesia, Muhammadiyah saat ini juga melebarkan ekspansi misi pendidikannya ke mancanegara. Sejumlah lembaga pendidikan berhasil didirikan di luar negeri, seperti Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Perlis, Malaysia (berdiri tahun 2021), TK ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal) di Kairo, Mesir (berdiri tahun 2010), Muhammadiyah Australia College I (MAC I) di Melbourne, Australia (berdiri tahun 2021), Madrasah Muhammadiyah (Muhammadiyah Center for Education, Culture and Humanity atau Sekolah Quran Lazismu Indonesia) I dan II di Beirut, Lebanon (berdiri tahun 2020 dan 2022) dan Sekolah Kemanusiaan di Rakhine State, Myanmar (berdiri tahun 2018).
Menurut rencana, Muhammadiyah juga akan membuka pendirian MAC II di wilayah Sydney, New South Wales (NSW), Australia. Selain itu, Muhammadiyah juga dikabarkan akan membuka universitas di Busan, Korea Selatan sebagai bagian dari kerjasama antara Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan Universitas Tongmyong, Korea Selatan. Muhammadiyah juga dikabarkan sedang menjajaki kerjasama pendirian lembaga pendidikan di Timor Leste, sebagai buah kunjungan Presiden Timor Leste, Ramos Horta ke Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta tahun 2022 lalu. Muhammadiyah juga dikabarkan punya rencana mendirikan universitas di Thailand, sebagai respons terhadap era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Bahkan, Japan Islamic Trust (JIT), sebuah organisasi Islam di Jepang, sempat menawari Muhammadiyah sebidang tanah di Tokyo, Jepang, agar dibangun sebuah sekolah Islam.
Kedelapan, penghargaan internasional. Muhammadiyah secara institusional dalam beberapa momen mendapatkan penghargaan internasional, sebut saja Zayed Award for Human Fraternity pada tahun 2024 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). Penghargaan ini merupakan pengakuan atas kontribusi Muhammadiyah bersama Nahdlatul Ulama (NU) dalam mempromosikan nilai-nilai persaudaraan dan perdamaian antar manusia, seperti yang tertuang dalam Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama, 4 Februari 2019 di Abu Dhabi, UEA. Selain kepada Muhammadiyah dan NU, Zayed Award for Human Fraternity juga diberikan kepada Profesor Sir Magdi Yacoub (ahli bedah jantung asal Mesir) dan Sister Nelly Leon Correa (pimpinan Yayasan Mujer Levántate, Chili).
Muhammadiyah juga berhasil meraih South-East Asia Region World No Tobacco Day Award, pada 31 Mei 2021, dari World Healthy Organization (WHO), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi kesehatan umum internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss. Muhammadiyah, menurut WHO, dipandang sebagai organisasi dengan kontribusi paling signifikan dalam kebijakan dan program pengendalian tembakau di tingkat nasional serta menjadi organisasi sipil pertama dari Indonesia yang memperoleh penghargaan terkait. Penghargaan ini diberikan atas peran aktif dari Muhammadiyah Steps - dulu Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC), organisasi yang bergerak dalam berbagai aspek dengan jejaring di bawah Muhammadiyah Tobacco Center Network (MTCN).
Sebelumnya, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) juga pernah diajukan oleh sejumlah pihak untuk meraih Nobel Perdamaian tahun 2019 dan tahun 2022. Muhammadiyah dan NU, dinilai layak menerima Nobel Perdamaian karena peran aktif keduanya sejak lama dalam perdamaian dunia sekaligus sebagai upaya promosi lebih jauh atas Islam ala Indonesia. Untuk tahun 2019, terdapat 301 kandidat (223 individu dan 78 organisasi) dari nominator. Meski belum berhasil memperoleh nobel paling bergengsi di dunia tersebut, namun Muhammadiyah bersama NU berhasil masuk dalam jajaran 10 besar nominasi (nobelprize.org, 2019; Azra, 2019).
Islam Berkemajuan
Kepak sayap amaliah Muhammadiyah di berbagai bidang baik di dalam negeri maupun mancanegara sejatinya sebagai manifestasi dari manhaj Islam Berkemajuan (al-Islam al-Taqaddumi). Islam Berkemajuan pada dasarnya merupakan cara pandang bahwa Islam adalah agama universal yang mengajarkan kehidupan yang maju dan menuntut umatnya untuk mewujudkan kemajuan itu dalam semua aspek kehidupan pada tataran pribadi, masyarakat, Islam Berkemajuan adalah manhaj resmi Muhammadiyah yang mengacu pada sejumlah karakteristik yakni berlandaskan pada tauhid, bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah, menghidupkan ijtihad dan tajdid, mengembangkan moderatisme, mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.
Islam Berkemajuan diimplementasikan melalui manhaj (cara) yang bersumber pada: (1) ajaran Islam (Al-Quran dan al-Sunnah), (2) dimensi ajaran Islam (akidah, ibadah, akhlak, muamalah duniawiyah), (3) pendekatan (bayani atau menggunakan teks, burhani atau menggunakan akal, ‘irfani atau menggunakan hati), (4) ijtihad berkelanjutan (berorientasi pada universalitas agama Islam, tidak berorientasi pada madzab-madzab di kalangan umat Islam, terbuka dan toleran terhadap perbedaan pemikiran), (5) akal dan ilmu pengetahuan (menggunakan akal, ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sebaik-baiknya), (6) madzab keagamaan (menggunakan metode tarjih atau mengambil pendapat yang lebih kuat, bertasawuf akhlaqi (moral), ihsani (etos), dan ijtima’i (sosial)), serta (7) kemuliaan manusia (menerima dan memuliakan manusia yang beragam suku, budaya dan agama).
Dalam praktiknya, manhaj Islam Berkemajuan diimplementasikan dalam gerak langkah Muhammadiyah sebagai: (1) gerakan dakwah (mandat manusia, dakwah amar maruf nahi munkar, dakwah berbasis budaya, dakwah di tengah keragaman, hubungan antarumat beragama, kerjasama dalam kebajikan dan takwa), (2) gerakan tajdid (pembaruan ajaran Islam), gerakan ilmu (menghargai ilmu, memerangi kebodohan dan keterbelakangan) dan gerakan amal (Islam sebagai agama perbuatan, amal sebagai implementasi iman). Islam Berkemajuan diarahkan pada (1) pengkhidmatan keumatan (peneguhan ukhuwah, perbaikan kualitas umat), (2) pengkhidmatan kebangsaan (pemajuan demokrasi, peningkatan ekonomi, pengembangan hukum, pembangunan kebudayaan).
Selain itu, pengkhidmatan ditujukan pada (3) pengkhidmatan kemanusiaan (pengentasan kemiskinan, penguatan masyarakat, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, penanggulangan bencana, pendidikan untuk semua, pelayanan kesehatan), (4) pengkhidmatan global (penegakan keadilan, pemenuhan hak-hak manusia, perwujudan perdamaian, pelestarian lingkungan, pembangunan peradaban), serta (5) pengkhidmatan masa depan (berjuang pada masa sekarang untuk mewujudkan masa depan kehidupan yang lebih baik) (Risalah Islam Berkemajuan, 2023). Pada akhirnya, Islam Berkemajuan bukan sekadar tagline organisasi semata, namun melainkan juga sebagai kompas hakiki bagi Muhammadiyah untuk senantiasa menerangi dunia dengan pancaran aurora kemanusiaannya.
/////////////////////////