News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Intip Pengalaman Mahasiswa UMS Jadi Classification Assistant IFCPF Men’s Asia-Oceania Cup 2025

Intip Pengalaman Mahasiswa UMS Jadi Classification Assistant IFCPF Men’s Asia-Oceania Cup 2025

 Intip Pengalaman Mahasiswa UMS Jadi Classification Assistant IFCPF Men’s Asia-Oceania Cup 2025

ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)

Tak selamanya seorang mahasiswa menghabiskan waktu untuk belajar di dalam kelas. Bagi sebagian mahasiswa, praktik langsung di lapangan adalah pengalaman berharga. Mengimplementasikan pelajaran di dunia nyata. 

Itulah yang dirasakan Faris Rahman Kusdiana, mahasiswa Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Faris baru-baru ini terpilih sebagai classification assistant dalam International Federation of Cerebral Palsy Football (IFCPF) Men’s Asia-Oceania Cup 2025 yang digelar di Surakarta, Jawa Tengah, 16-22 November 2025. 

IFCPF Men’s Asia-Oceania Cup adalah turnamen resmi sepak bola cerebral palsy tingkat regional yang melibatkan negara-negara Asia dan Oseania. “Event ini menjadi momentum penting untuk proses klasifikasi atlet yang akan digunakan untuk kompetisi internasional mendatang,” ujar Faris saat dihubungi melalui WhatsApp, Kamis (20/11).

Tawaran mengikuti IFCPF Men’s Asia-Oceania Cup datang awal Oktober lalu. Ia ditawari posisi sebagai classification assistant. Faris tak mau menyia-nyiakan kesempatan dan mengambil tawaran itu. 

Mahasiswa angkatan 2022 itu berkesempatan bekerja di bawah Chief Classifier Dr. Jorge Parra asal Kolombia. Ia juga berkoordinasi dengan classifier profesional lain dari berbagai negara, seperti Carlos Quero dari Argentina, Bram Roberts dari Belanda, dan Dr. Aleksandra Strojna dari Italia. 

Faris menuturkan peran classification assistant adalah mendukung proses kualifikasi atlet disabilitas cerebral palsy. Tugas yang ia emban adalah membantu para classifier internasional untuk melakukan asesmen medis, asesmen olahraga, persiapan dokumen, memastikan alur pemeriksaan berjalan lancar, mencatat hasil pemeriksaan, hingga berkoordinasi dengan tim classifier dari komite paralimpiade masing-masing negara. 

“Tugas saya juga membantu memastikan standar IFCPF dijalankan dengan tepat,” imbuh mahasiswa kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, itu.

Pemuda 22 tahun itu menghadapi sejumlah tantangan selama mengikuti kegiatan turnamen. Mulai dari menjaga konsistensi kinerja, jadwal yang padat, hingga tuntutan akurasi yang tinggi. Tantangan itu muncul sebab peran tim klasifikasi akan menentukan status kompetitif seorang atlet. 

“Saya mengatasinya dengan disiplin waktu, komunikasi aktif dengan para classifier senior, dan memastikan setiap prosedur dijalankan sesuai standar IFCPF,” ujarnya mantap. Intip Pengalaman Mahasiswa UMS Jadi Classification Assistant IFCPF Men’s Asia-Oceania Cup 2025.

Keikutsertaannya sebagai tim medis dalam kompetisi internasional menjadi kesempatan Faris untuk mengimplementasikan sejumlah mata kuliah yang ia pelajari. Antara lain, Fisioterapi Olahraga, Pemeriksaan Muskuloskeletal, dan Neurologi. 

Proses klasifikasi atlet pun banyak menggunakan pemeriksaan klinis yang sesuai dengan kompetensi fisioterapi. Mulai dari rentang gerak, tonus atau otot, kontrol motorik, hingga analisis gerak. 

Ia yang aktif sebagai ketua Kelompok Studi Sport Physiotherapy UMS ini bercerita mendapatkan pengalaman positif dari turnamen IFCPF. Dirinya memiliki ketertarikan besar pada fisioterapi olahraga. 

Faris mengaku telah mengikuti mendalami fisioterapi olahraga atau sport physiotherapy selama kuliah. Ia pernah membuat alat klasifikasi digital yang sempat ia presentasikan di Jepang beberapa waktu lalu. Memperoleh hak atas kekayaan intelektual sekaligus menuntaskan skripsi melalui jalur outcome-based education (OBE). 

Baginya, kesempatan bekerja langsung bersama classifier internasional adalah pengalaman langka dan berharga. 

Pengalaman itu juga menumbuhkan semangat Faris untuk menekuni sport physiotherapy sebagai pilihan pengembangan karier di masa depannya. “Saya ingin belajar lebih dalam mengenai sistem klasifikasi sepak bola cerebral palsy karena ini berkaitan dengan pengembangan profesi saya di masa depan,” tutup dia.


Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.