Kolom Prof Dr. Muhammad Rohmadi, S.S. M.Hum : Belajar Meneladani Nilai-Nilai Kepahlawanan Para Pahlawan Nasional Indonesia dalam Perspektif Pragmatik
Belajar Meneladani Nilai-Nilai Kepahlawanan Para Pahlawan Nasional Indonesia dalam Perspektif Pragmatik
Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa, & DIKLISA
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa
"Kawan, bergerak dan menggerakkan semangat multigenerasi NKRI untuk terus belajar dan membelajarkan diri untuk terus berliterasi dengan Ratulisa merupakan giat yang sangat mulia kala senja menuju ke peraduannya "
Belajar dan membelajarkan diri berbasis konteks merupakan proses memahami nilai-nilai hidup dan kehidupan yang tersirat merupakan proses belajar prgamatik. Dalam kajian pragmatik ada aspek fungsional bahasa dengan pendekatan triadik, yaitu bentuk, fungsi, dan konteks. Oleh karena itu untuk belajar meneladani nilai-nilai kepahlawanan dapat dipelajari secara struktural atau diadik, yaitu bentuk dan fungsi serta triadik, yaitu bentuk, fungsi, dan konteks. Pahlawan nasional merupakan gelar penghargaan tertinggi di Indonesia (id.wikipedia.org). Saat ini Indonesia telah memiliki 219 pria dan 18 wanita yang diangkat dan diberikan gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia yang berasal dari berbagai wilayah yang tersebar pada 38 provinsi.
Seluruh masyarakat NKRI harus tahu dan mengetahui pahlawan nasional Indonesia yang terbaru sebagai bagian proses literasi sejarah. Perlu diketahui, tanggal 10 November 2025 Presiden RI telah mengangkat dan memberikan gelar pahlawan nasional kepada: (1) Abdurrahman Wahid, (2) Soeharto, (3) Marsinah, (4) Mochtar Kusumaatmadja, (5) Rahmah El Yunusiyah, (6) Sarwo Edhie Wibowo, (7) Sultan Muhammad Salahuddin, (8) Syaikhona Muhammad Kholil, (9) Tuan Rondahaim Saragih, dan (10) Zainal Abidin ((id.wikipedia.org). Sepuluh nama-nama pahlawan nasional tersebut berasal dari berbagai wilayah yang tersebar di 38 provinsi NKRI. Dalam perspektif pragmatik ada makna tersirat mengapa yang diberikan gelar pahlawan nasional ada 10 nama tentu tidak lepas pada konteks hari pahlawan yang diperingati seluruh masyarakat NKRI setiap tanggal 10 November pada setiap tahunnya.
Nilai-nilai kepahlawanan yang dapat dideskripsikan berdasarkan makna tersirat dalam perspektif pragmatik atau implikatur berdasarkan konteks kepahlawanan dan perjuangannya untuk memperjuangkan, memepertahankan, memelihara, membangun, memajukan, dan meyejahterkan seluruh rakayat Indonesia tentu dapat dipahami secara nyata dalam kehidupan sekarang. Keteladanan yang harus dapat dijadikan nilai-nilai kepahlawanan bagi generasi muda dan seluruh masyarakat NKRI antara lain: (1) nasionalisme, (2) cinta tanah air, (3) integritas, (4) gotong royong, (5) ketangguhan dan kerja keras, (6) kesabaran dan kebijaksanaan, (7) kegotongroyongan tanpa pamrih, (8) kedisiplinan, (9) kecerdasan kontekstual, dan (10) persatuan dalam kebhinekaan. Sepuluh nilai-nilai kepahlawanan dalam perspektif pragmatik tersebut akan dapat menjadi nilai-nilai keteladanan yang sangat positif untuk multigenerasi NKRI. Dalam rangka membangun dan membentuk karakter generasi muda harus terus disosialisasikan dan dipantik semangat kepahlawanan yang mereka miliki. Bukan sekadar konsep tetapi praktik nyata dalam kehidupan. Dengan demikian multigenerasi NKRI akan dapat menjadi virus-virus positif untuk bergerak dan menggerakkan semangat generasi muda dan masyarakat NKRI untuk terus bersilaturahmi dan berbagi secara bertahap dan berkelanjutan dalam perspektif pragmatik.
Semangat untuk dapat belajar dan meneladani nilai-nilai kepahlawanan para pahlawan nasional Indonesia memang harus diajarkan, ditunjukkan, dan disosialisasikan kepada generasi muda dan seluruh masyarakat NKRI. Hal ini sebgaai bentuk implementasi pembelajaran nilai-nilai kepahlawanan dan literasi sejarah untuk multigenerasi NKRI berbasis teks, koteks, dan konteks dalam pragmatik, Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan masing-masing pahlawan nasional yang berasal dari berbagai wilayah NKRI tentu memiliki nilai-nilai kepahlawanan bukan sekadar dari sisi tekstual yang tertulis tetapi juga ada nilai-niali kepahlawanan dan keteladanan yang berbasis konteks kedaerahan dalam kebhinekaan yang dapat diteladani bagi seluruh masyarakat NKRI.
Semangat untuk terus belajar meneladani nilai-nilai kepahlawanan bagi multigenerasi NKRI menjadi salah satu wujud kepedulian dan edukasi bagi multigenerasi NKRI. Mengerti dan memhami keberadaan pahlawan nasional Indonesia penting tetapi lebih penting lagi dapat memahmai dan mengimplementasikan nilai-nilai keteladanan pahlawan nasional Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat di seluruh wilayah NKRI. Dengan demikian semua masyarakat NKRI dapat belajar meneladani nilai-nilai kepahlawanan tersebut untuk dapat dijadikan sandaran dan implementasi dalam kehidupan sehari-hari untuk saling menjaga, menghargai, menghormati, dan berbagi cerita baik mengenai kepahlawanan nasional bagi multigenerasi NKRI sebagai wujud sosialisasi dan Gerakan Literasi Sejarah (GLS) bersama Lembaga Literasi Arfuzh Ratulisa Indonesia dan Komunitas DIKLISA (Dilaog Pendidikan, Literasi, Bahasa, dan Sastra) secara bertahap dan berkelanjutan.
“Wahai generasi muda dan masyarakat NKRI teruslah bersemangat untuk belajar dan membelajarkan diri untuk menjadi contoh dan teladan bukan sekadar memberi contoh dan teladan kepada multigenerasi NKRI”
Pontianak, 12 November 2025