News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kolom Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum : Memantik Semangat Belajar Kritis dan Berliterasi Ratulisa Bagi Anak Indonesia

Kolom Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum : Memantik Semangat Belajar Kritis dan Berliterasi Ratulisa Bagi Anak Indonesia

 Memantik Semangat Belajar  Kritis dan Berliterasi Ratulisa Bagi Anak Indonesia

Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa, & DIKLISA

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa

"Kawan,  belajar bernyanyi, bercerita, dan bermain merupakan kebahagiaan tersendiri bagi seluruh anak Indonesia dan dunia untuk terus berbagi cerita dan berliterasi dengan ratulisa (rajin menulis dan membaca) sepanjang masa "

Setiap tanggal 20 November diperingati sebagai hari anak sedunia sehingga perlu ada gerakan akademik dan nonakademik yang dapat memantik semangat belajar kritis dan literasi ratulisa bagi seluruh anak-anak Indoensia dan dunia. Anak Indonesia dan dunia merupakan aset masa depan bangsanya masing-masing. Seluruh anak Indonesia dan dunia yang saat ini sedang belajar dan membelajarkan diri pada jenjang sekolah TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK, dan perguruan tinggi tentu harus dipantik semangatnya untuk terus belajar kritis dan berliterasi dengan ratulisa secara terus-menerus. Jumlah anak usia pelajar di Indonesia tahun 2025 sekitar 52,9 juta  untuk usia pelajar SMP dan SMA apabila dicek pada sensus Badan Pusat Statistik (BPS). Belum lagi yang pelajar TK dan SD atau usia 5-9 tahun sekitar 21,95 juta jiwa.  Jumlah pelajar pada jenjang dasar dan menengah tersebut belum ditambah dengan mahasiswa yang tersebar di perguruang tinggi di Indonesia, tentu saja akan lebih banyak lagi. Merujuk jumlah anak-anak dan remaja Indoensia tersebut tentu harus ada Gerakan Literasi Anak dan Remaja (GELAR) secara  efektif dan tepat sasaran bagi anak-anak Indonesia dan dunia.  

GELAR bertujuan untuk memantik semangat belajar kritis dan berliterasi ratulisa anak Indonesia sejak dini. GELAR ini dapat dilakukan dengan 5M; (1) Mendoakan dan membukakan jalan kemudahan untuk belajar kritis dan berliterasi ratulisa kepada-Nya; (2) Mendekatkan anak-anak dengan sumber literasi cetak dan digital  yang sesuai usianya; (3) Mengajak anak-anak untuk belajar secara kritis dan berliterasi ratulisa secara bertahap bersama pendampingnya; (4) Membiasakan anak-anak untuk terus belajar kritis dan berliterasi dengan ratulisa; dan (5) Melatih untuk menuangkan gagasan, baik dalam bentuk tulis maupun lisan dengan benar, baik, dan santun. GELAR ini dengan sangat mudah dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja, dengan modal dasar mau dan ikhlas dengan niat untuk ibadah, berbagai ilmu, dan beramal jariah sesuai dengan kadar kemapuan dan profesinya masing-masing. Marilah dimulai dari diri sendiri dan dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, dan meluas pada ruang dan media yang dapat terjangkau, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui kehidupan bermasyarakat di sekitar kita dan berbasis media digital.

Komitmen untuk memantik semangat belajar kritis bagi anak-anak KB/TK dan SD/MI harus dilakukan sesuai dengan usia mereka dengan mengenalkan Allah atau Tuhan Yang Maha Esa sebagai Maha Penguasa segalanya sesuai dengan keyakinannya masing-masing dalam kebhinekaan di Indoenesia.  Anak-anak kemudian dikenalkan dengan konteks keluarga, masyarakat, agama, pendidikan, budaya, seni, bahasa, budaya, dan aneka konteks sosial lainnya yang memiliki keberagaman dan kebhinekaan di 38 provinsi Indonesia. Upaya untuk terus memantik semangat belajar dan membelajarkan anak-anak Indonesia ini memang tidak mudah. Pertanyaanya apakah terus berhenti sampai disini? Tentu saja jawabnya “Tidak”. Semua pihak, pemerintah pusat dan daerah, orang tua, dan masyarakat harus bergerak bersama untuk terus menghidupkan dan mengembangkan segala upaya untuk dapat memfasilitasi dan mendekatkan ruang belajar dan membelajarkan diri secara kritis anak-anak Indoenesia. Banyak media cetak dan digital yang dapat dikenalkan sebagai sumber literasi dan belajar kritis bagi seluruh anak-anak Indoensia agar tidak mudah terprovokasi berita-berita hoaks.

Semangat untuk terus bergerak dan menggerakkan anak-anak Indonesia yang berada pada jenjang KB/TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan perguruan tinggi tentu akan berbeda-beda untuk terapi dan perlakuannya. Banyak ruang belajar langsung dan maya yang dpaat dijadikan sumber-sumber literasi digital, misalnya: budi.kemdikdasmen.go.id, library.uns.ac.id, perpusnas.go.id. dan media digital lainnya.  Selain itu juga ada kanal Youtube: M Rohmadi Ratulisa, DIKLISA & ARFUZH RATULISA yang memberikan sumber literasi digital bagi seluruh masyarakat NKRI yang terdiri atas aneka sumber literasi dasar. Ruang Buku Digital (BUDI) ini sebagai tindak lanjut dan pengembangan Gerakan Literasi Nasional Badan Bahasa Republik Indonesia yang dulu disediakan sebagai sumber dasar literasi untuk Gerakan Lierasi Nasional (GLN) dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Oleh karena itu, semua guru, dosen, orang tua, pelajar, dan mahasiswa harus terus bergerak, belajar kritis, dan terus berliterasi dengan ratulisa agar dapat menjadi konsultan ilmu pengetahuan. Ruang-ruang belajar  dan berliterasi bagi pelajar & mahasiswa harus terus disiapkan, dikenalkan, disosialisasikan, dan diperkuat dengan latihan atau lomba dalam rangka menyemangati semangat belajar kritis dan berliterasi dengan ratulisa sepanjang masa.

Optimalisasi sanggar-sanggar belajar, taman baca masyarakat, perpustakaan, dan ruang-ruang literasi digital yang disediakan oleh pemerintah dan perpustakaan sekolah harus terus dimanfaatkan secara maksimal. Semua organ harus mendukung dan menyiapkan generasi anak Indonesia  dan dunia yang melek literasi, tangguh, cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif tentu akan melahirkan anak-anak Indonesia yang melek literasis sejak dini. Penguatan berbagai program belajar kritis dan literasi ratulisa yang dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah, sekolah formal, dan nonformal, Lembaga Lierasi Arfuzh Ratulisa Surakarta, Komunitas Dialog Pendidikan, Literasi, Bahasa, dan Sastra (DIKLISA)  harus terus dioptimalkan tanpa membeda-bedakan. Banyak guru, dosen, peneliti, penggiat literasi, wartawan,  dan aneka profesi lainnya yang cerdas dan kreatif dalam berbagai bidang yang harus ikut berpartisipasi dan ambil bagian untuk menyiapkan dan memantik semanagat generasi Indoensia dan dunia agar melek berlitersi dengan ratulisa dengan aneka cerita dan karya untuk Indoensia serta dunia internasional.

Peran orang tua untuk menjadi guru sejati yang pertama kali mendampingi anak-anak Indonesia sangat ditunggu peran serta dan partisipasi aktifnya. Orang tua juga harus mau terus belajar dan membelajarkan diri bersama anak-anaknya secara kritis dan mendampingi anak-anaknya untuk terus berliterasi dengan ratulisa dalam multikonteks kehidupan. Hal ini peran orang tua sebagai guru dan sahabat pena bagi anak-anak Indoensia agar terus bergerak dan menggerakkan semangat belajar kritis dan berliterasi dengan ratulisa dengan segala rasa dan asanya masing-masing. Rasa cinta dan bangga untuk dapat mendampingi dan mengantarkan anak-anak Indonesia rajin belajar, kritis, kreatif, inovatif, produktif, tentu akan dapat melahirkan generasi-generasi emas Indoensia 2045 yang dirindukan di masa yang akan datang.

Pola belajar yang dilatih dan dibiasakan setiap hari oleh orang tua, guru, dan masyarakat sejak dini dijharapkan dapat melahirkan generasi Indonesia dan dunia yang berkarakter, cerdas, kreatif, produktif, dan inspiratif. Hal ini dapat terwujud apabila semua elemen keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah pusat dan daerah ikut hadir dan berpartisipasi untuk dapat memantik semangat belajar kritis dan berliterasi dengan ratulisa bagi seluruh anak-anak Indoensia. Aneka sumber literasi cetak dan digital harus terus dikenalkan dan disosialisasikan agar mereka terbiasa dengan aneka sumber literasi cetak dan digital sesuai dengan konteks kebutuhan bekal kehidupannya. Aneka topik bacaan yang berkaitan dengan keluarga, sosial, masyarakat, politik, hukum, budaya, agama, dan aneka topik lainnya tentu akan dapat menjadi pemantik semanat untuk belajar kritis dan berliterasi dengan ratulisa secara bertahap dan terus-menerus.

Aneka upaya untuk memantik semangat belajar kritis bagi anak-anak Indoensia memang harus ada target, ukuran, dan ketercapaian. Hal ini sebagai bentuk perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut sebuah program GELAR yang harus disosialisasikan dan dilaksanakan secara efektif dan tepat sasaran bagi seluruh anak-anak Indonesia yang tersebar di 38 provinsi Indonesia dan anak-anak internasioanl yang tersebar di negara-negara di seluruh dunia. Guru, dosen, penggiat literasi, pustakawan, dan seluruh masyarakat di Indonesia harus terus ikut bergerak dan berpartisipasi sebagai penggiat dan penggerak litersi dengan ratulisa bagi seluruh masyarakat NKRI. Hal ini sebagai bentuk nyata kecintaan dan kebanggan kepada seluruh anak-anak Indonesia yang sedang belajar dan membelajarkan diri secara kritis, terus berliterasi dengan ratulisa sepanjang masa. Dengan demikian akan lahirlah generasi emas Indonesia dan dunia yang berkarakter, unggul, kretaif, kritis, inovatif, produktif, berbudaya, dan melek literasi cetak & digital. Kehadiran dan kelahiran anak-anak Indoensia dan dunia yang memiliki kompetensi hardskill dan softskill yang seimbang tentu akan dapat menjadi bekal anak-anak Indonesia dan dunia untuk menjelajahi dan menghadapi tantangan serta kompetisi era digital sehingga anak-anak Indonesia dan dunia akan mampu berdaya saing dan berdaya saing dalam kompetisi tingkat nasional dan internasional.

“Semangat untuk menjadi penggiat literasi ratulisa (rajin menulis dan membaca) merupakan keniscayaan yang dapat dilakukan dengan niat bersandar kepada-Nya untuk terus berbagi ilmu, beramal, dan kebaikan untuk kemaslahatan sepanjang hayat”

Istana Arfuzh Ratulisa dan DIKLISA Garut, 20 November 2025

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.