News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

KOPI Hitam Penakluk Gula Darah

KOPI Hitam Penakluk Gula Darah

 KOPI Hitam Penakluk Gula Darah


Dr. Riandini Aisyiyah (FAKULTAS KEDOKTERAN UMS)

 ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)

Kopi telah menjadi bagian dari denyut kehidupan masyarakat Indonesia. Menemani aktivitas pagi yang sibuk, siang yang panas, hingga malam yang panjang. 

Kopi hitam murni tanpa campuran menyimpan potensi medis untuk menurunkan kadar gula darah. Temuan ini datang dari dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Dr. Riandini Aisyah, S.Si., M.Sc., yang meneliti efek kopi murni terhadap diabetes. 

Riandini dan dua rekannya, Dr. dr. Safari Wahyu Jatmiko, M.Si.Med. dan dr. Nur Mahmudah, M.Sc., menulis hasil riset potensi kopi untuk penderita diabetes yang dipresentasikan pada International Conference of Medical Breakthrough (ICMB) 2024. “Kami ingin melihat sejauh mana kopi murni bisa berperan sebagai terapi nonobat bagi penderita diabetes,” tutur Andin, sapaan akrabnya, saat ditemui di Laboratorium Biomedik 4, Fakultas Kedokteran UMS, Jumat (14/11/2025).

Potensi Zat Aktif dalam Kopi

Dalam penelitiannya, Andin menggunakan kopi robusta asal Lampung yang digiling murni, tanpa tambahan bahan lain. Kopi tersebut diberikan kepada tikus wistar yang sebelumnya diinduksi diabetes menggunakan zat aloksan.

Hewan-hewan uji itu kemudian dibagi ke dalam enam kelompok, termasuk kelompok kontrol dan kelompok yang diberi tiga dosis kopi berbeda setara dengan 3, 6, dan 9 gram kopi per hari pada manusia. “Selama 14 hari, kadar gula darah tikus diamati secara berkala dan di akhir perlakuan dilakukan pemeriksaan massa otot serta jaringan otot lurik (musculus gastrocnemius) tikus,” papar Andin.

Riset Andin memang bertujuan menyingkap peran sejumlah senyawa aktif dalam kopi, seperti kafein, polifenol, asam klorogenat, diterpen, dan trigonelin. Zat-zat ini bekerja pada tingkat seluler, memengaruhi enzim dan protein yang terlibat dalam metabolisme glukosa.

“Kopi mengaktifkan enzim AMPK, semacam saklar energi dalam tubuh,” jelasnya. Enzim tersebut mendorong sel otot untuk menyerap lebih banyak glukosa dari darah melalui suatu transporter, yaitu GLUT4. 

Hasilnya menunjukkan kopi berhasil menurunkan kadar gula darah secara signifikan, terutama pada dosis tertinggi, yakni 0,162 gram per 200 gram berat badan tikus atau setara dengan sekitar 9 gram kopi per hari pada manusia. Namun, kopi belum menunjukkan peningkatan pada massa otot rangka.

Diabetes, lanjut Andin, menyebabkan penurunan massa otot. Pasien diabetes biasanya tidak hanya menjalani terapi obat, tetapi juga dianjurkan oleh dokter untuk melakukan gaya hidup sehat, seperti rutin berolahraga, terutama olahraga yang membantu meningkatkan massa otot dan diet diabetes.

Ia menjelaskan kopi membantu gula darah masuk ke sel otot sehingga tidak menumpuk di aliran darah. Meski begitu, karena durasi penelitiannya hanya dua minggu, efek kopi terhadap pertumbuhan otot belum terlihat. 

“Pembentukan massa otot membutuhkan waktu lebih lama. Bisa jadi membutuhkan uji coba selama 30 hari atau lebih, mungkin nanti akan menunjukkan hasil yang berbeda. Karena diabetes itu kan sebenarnya penyakit kronis,” papar dosen mata kuliah Biologi Molekuler itu.

Selain berhasil menurunkan gula darah, kopi juga berperan sebagai antioksidan kuat. Kandungan klorogenat dan polifenol di dalamnya mampu menekan stres oksidatif, memperbaiki kerusakan DNA, dan meningkatkan kadar glutation, antioksidan alami tubuh.

Penyakit diabetes melitus menjadi ancaman global yang terus membengkak. World Health Organization (WHO) memprediksi jumlah penderita diabetes di dunia mencapai 592 juta pada tahun 2035. 

Sementara di Indonesia, jumlah penderita diabetes diperkirakan mencapai 14 juta orang. Sekitar 50 persen  di antaranya tak sadar bahwa dirinya mengidap diabetes. “Biasanya polanya jelas. Konsumsi gula tinggi dan gaya hidup kurang gerak menjadi kombinasi yang berbahaya,” kata Andin. 

Dirinya membenarkan, diabetes acap kali tak disadari karena berkembang perlahan dan tanpa gejala awal yang jelas. Banyak orang baru menyadari diri mereka terkena diabetes ketika kadar gulanya sudah tinggi setelah melakukan pengecekan kesehatan.

“Apalagi ada riwayat keluarga yang juga mengalami diabetes. Karena penyakit itu kan sebenarnya resultan ya, resultan atau gabungan antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Istilahnya punya bakat secara genetik,” khawatirnya.

Alasan di atas kemudian menjadi pemacu Andin untuk meneliti potensi kopi. Lantaran sebagian besar masyarakat Indonesia dikenal sebagai penikmat kopi. Namun, sedikit yang menyadari bahwa cara minum kopi justru bisa menentukan manfaat atau mudaratnya.

“Kopi yang bermanfaat adalah kopi hitam tanpa tambahan gula atau krimer. Kalau sudah ditambahi pelengkap lain, dikhawatirkan akan mengurangi khasiatnya,” imbuh Andin.

Riset Lanjutan

Meski hasil risetnya cukup menjanjikan, Andin menekankan kopi bukan pengganti obat medis. Dalam penelitian itu, kopi memang menunjukkan efek penurunan gula darah yang signifikan, tetapi tidak cukup lama untuk mengukur dampak jangka panjang. 

“Kami masih perlu riset lanjutan untuk memastikan dosis yang aman dan efektif pada manusia,” tegas dia.

Selain itu, tidak semua orang cocok mengonsumsi kopi. “Dosis aman kafein untuk manusia dewasa sehat adalah 400 miligram per hari, jumlah ini bervariasi tergantung sensitivitas tubuh. Jika melebihi jumlah tersebut, dimungkinkan menimbulkan efek samping,” jelas Andin. 

Ia menekankan, batas dosis ini berlaku bagi seseorang yang tak memiliki riwayat penyakit seperti maag, hipertensi, hingga aritmia. Penting untuk memperhatikan indikasi dan kontraindikasinya lantaran dosis tersebut tak bisa diterapkan secara general.

Riset kopi ini baru permulaan. Ke depan, Riandini ingin memperpanjang durasi penelitian dan menambah variabel uji. “Selain jaringan otot, kami ingin meneliti pankreas untuk melihat bagaimana kopi memengaruhi sel beta penghasil insulin,” katanya.

Ia juga membuka peluang bagi peneliti muda untuk melanjutkan kajian tersebut. “Bisa dilakukan oleh mahasiswa atau peneliti lain yang tertarik dengan terapi alami untuk diabetes,” ujarnya.

Lebih jauh, Andin berharap riset-riset serupa bisa mengangkat bahan-bahan lokal Indonesia yang kaya manfaat. “Kopi Lampung atau kopi hitam asli yang kami pakai hanyalah satu contoh. Masih banyak tanaman lokal yang belum dieksplorasi secara ilmiah,” tambah dia.

Penelitian  Andin menambah deretan bukti ilmiah bahwa kopi bukan sekadar minuman penunda kantuk atau peningkat dopamin saja. Kopi berpotensi menjadi bagian dari terapi nonfarmakologis yang aman, murah, dan mudah dijangkau masyarakat.


Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.