Kendalikan Hama dengan Bahan Alami, Mahasiswa UNS Latihkan Pembuatan Pestisida Nabati Bio-Yoso pada Petani Grogol
Kendalikan Hama dengan Bahan Alami, Mahasiswa UNS Latihkan Pembuatan Pestisida Nabati Bio-Yoso pada Petani Grogol
Pestisida nabati dengan brand Bio-Yoso dikenalkan oleh tim hibah pembelajaran berdampak Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta untuk menjawab tantangan tersebut. Bio-Yoso merupakan racikan Mbah Yoso, warga Tegalsari, Weru, yang telah melalui uji laboratorium dan diakui oleh Kementerian Pertanian. Pestisida ini dikenal efektif mengendalikan hama tikus sawah dengan bahan-bahan alami seperti umbi gadung, kulit batang kamboja, ragi, bekatul, beras, dan ikan tawar. Selain efektif, Bio-Yoso juga ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu kimia di tanah maupun air, serta dapat diproduksi secara mandiri oleh petani.
Pelaksanaan praktik pembuatan Bio-Yoso dilakukan secara bergilir di masing-masing kelompok tani dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang agar kegiatan berjalan dengan fokus dan efektif. Dalam kegiatan ini, para petani berkesempatan mengenali berbagai bahan, menimbang takaran, mencampur racikan, hingga mempelajari teknik pengeringan yang tepat untuk menghasilkan pestisida berkualitas. Lokasi pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi tiap kelompok, mulai dari rumah Ketua Poktan hingga lahan persawahan. Jadwal kegiatan pun dibuat fleksibel, baik pagi maupun malam hari, agar tidak mengganggu aktivitas utama para petani. Selain memperluas pengetahuan teknis, kegiatan ini juga menjadi ajang pertukaran pengalaman antara mahasiswa dan petani. Para petani berbagi praktik lapangan yang telah mereka jalani, sementara mahasiswa memberikan penjelasan ilmiah mengenai manfaat dan prinsip ramah lingkungan dari pestisida nabati. Antusiasme petani dalam mengikuti kegiatan turut membangun semangat dan keakraban di antara peserta dan mahasiswa.
Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Weru, Dwi Hartati, menyampaikan bahwa inovasi Bio-Yoso dapat menjadi alternatif pengendalian hama yang lebih aman dan murah. “Dalam proses pembuatan sebaiknya diminimalkan sentuhan tangan langsung, karena tikus dapat mengenali aroma manusia sehingga mengurangi efektivitas umpan,” ujarnya.
Program Hibah Pembelajaran Berdampak ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, poin 15 tentang pelestarian ekosistem darat, dan poin 17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan. Melalui kegiatan ini, UNS berupaya mendorong praktik pertanian berkelanjutan yang memadukan inovasi ilmiah dengan kearifan lokal. Tim hibah berencana melanjutkan pendampingan dan monitoring terhadap penerapan Bio-Yoso di lapangan. Diharapkan kegiatan ini menjadi model pemberdayaan petani yang dapat diterapkan di wilayah lain di Indonesia.