UMS Tuan Rumah Rakerwil II MPM Jateng, Tegaskan Sinergi Ketahanan Pangan dan Penandatanganan MoU dengan Bulog
UMS Tuan Rumah Rakerwil II MPM Jateng, Tegaskan Sinergi Ketahanan Pangan dan Penandatanganan MoU dengan Bulog
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)
SURAKARTA - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menjadi tuan rumah Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) II Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah (PWM Jateng) yang digelar pada Sabtu (6/12) bertempat di Gedung Induk Siti Walidah UMS. Dengan mengusung tema “Penguatan Kapasitas Organisasi Menyongsong Program Ketahanan Pangan”, kegiatan ini mempertemukan puluhan peserta dari enam Koordinator Wilayah (KORWIL) seperti Pati, Semarang, Kedu, Surakarta, Banyumas, dan Pekalongan. Pada kesempatan tersebut dilaksanakan penandatanganan MoU antara MPM PWM Jateng dan Perum Bulog sebagai langkah strategis penguatan ekosistem pangan.
Ketua MPM PWM Jateng, Ir. Fatchur Rochman, menyampaikan bahwa Rakerwil II menjadi momentum penting untuk memastikan gerakan pemberdayaan masyarakat terus menghadirkan manfaat nyata. “Kami menargetkan dua pencapaian pada 2026: Jamaah Tani Muhammadiyah aktif di seluruh daerah serta beras JATAM dapat mengalir dari petani hingga ke pasar nasional,” ujarnya. Fatchur menegaskan bahwa kerja-kerja pemberdayaan harus selaras dengan tiga pilar yang ditetapkan PWM Jateng: Jamaah, Jam’iyah, dan Jariyah.
Dari Perum Bulog Kanwil Jateng, Sri Muniati memaparkan pentingnya sinergi antara lembaga pangan dan organisasi masyarakat dalam menjaga stabilitas harga. “Kolaborasi dengan Muhammadiyah membuka ruang penguatan rantai pasok, kualitas produk, dan akses distribusi yang lebih luas,” jelasnya. Menurutnya, Bulog melihat potensi besar dari jaringan Jamaah Tani Muhammadiyah yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah.
Dalam sambutannya Rektor UMS, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum., menyampaikan apresiasi atas amanah yang diberikan kepada UMS sebagai tuan rumah. Ia menegaskan bahwa persoalan ketahanan pangan harus didekati dengan kerja nyata. “Ilmu itu harus diamalkan. Kita tidak hanya berhenti di ruang seminar, tetapi mengajak masyarakat bergerak bersama,” katanya. Harun juga mengingatkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, termasuk bagi jamaah haji dan umrah yang sebagian besar masih tergantung impor. “UMS siap mengambil peran melalui riset dan pendampingan lapangan,” tegasnya.
Sebagai penyelenggara, UMS menegaskan komitmennya mendukung gerakan pemberdayaan masyarakat yang berdampak luas dan berkelanjutan. “Melalui penyelenggaraan Rakerwil II MPM Jawa Tengah, UMS berharap lahir langkah-langkah strategis yang menguatkan kemandirian pangan, menggerakkan ekonomi umat, dan memperkokoh jaringan kolaboratif antara organisasi, pemerintah, dan masyarakat,” papar Rektor UMS itu.
Sementara itu Ketua MPM PP Muhammadiyah, Dr. M. Nurul Yamin, menambahkan bahwa Muktamar ke-48 telah menetapkan pemberdayaan akar rumput sebagai prioritas nasional. “Petani adalah simpul penting gerakan Muhammadiyah, dan Jamaah Tani adalah wadah inklusif bagi siapa pun yang peduli pada pangan,” ujarnya. Ia mengajak MPM Jateng memperkuat kelembagaan hingga sektor hilir, termasuk membuka peluang Muhammadiyah masuk ke industri pangan sebagai pilar dakwah baru.
Dalam tausiyahnya Wakil Ketua LPM PWM Jateng, H. Muhammad Abduh Hisyam, S.Ag., memberikan refleksi tentang posisi Indonesia dalam peta ketahanan pangan global. Ia mencontohkan Jepang dan Singapura sebagai negara maju dengan lahan terbatas tetapi mampu menjaga akses pangan bagi seluruh warganya. “Tanah kita subur, tetapi kita masih bergantung pada impor. Ini menjadi pengingat bahwa gerakan pangan harus menjadi prioritas Muhammadiyah,” ucapnya.
Penandatanganan MoU antara MPM PWM Jateng dan Bulog menjadi bagian penting dalam rangkaian kegiatan ini. Kesepakatan tersebut diarahkan untuk membangun ekosistem pangan dari hulu hingga hilir, memperkuat kapasitas petani, serta membuka pasar baru bagi produk Jamaah Tani Muhammadiyah. Kolaborasi ini diproyeksikan menjadi model sinergi ketahanan pangan bagi wilayah lainnya. (Al/Humas)